Jakarta, Gatra.com - Perempuan kerap kali mendapatkan diskriminasi sampai saat ini, baik di lingkup keluarga dan dunia kerja. Namun, beberapa perempuan justru dapat memperhatikan keberhasilannya di tengah-tengah dunia kerja yang dianggap maskulin.
Dalam acara talkshow Mustika Ratu bertajuk "Ekspresi Nusantara Untuk Keberagaman Indonesia" di Aula Sasono Wiwoho, Jakarta Pusat, Ahad (25/8), Dokter Gigi sekaligus penulis buku, drg. Dea Safira Basori memberikan tanggapannya bahwa dalam dunia kerja, perspektif perempuan sangat dibutuhkan.
"Sebenarnya sih perempuan itu dari dulu sudah banyak memproduksi ilmu pengetahuan. Bahkan, orang-orang IT pertama itu perempuan. Jadi waktu perang dunia I, perempuan yang mengerjakan IT. Sebab, laki-laki sibuk berperang. Saat ini, dunia IT justru dipenuhi oleh laki-laki. Bagi saya, itu ada upaya untuk mendomistikasi perempuan," ujarnya.
Kalau kita bilang, sambungnya, bahwa perempuan hanya cocok untuk pekerjaan tertentu, dunia kerja tidak akan berjalan. Sebab, tidak ada perspektif perempuan dalam urusan engineering, lingkungan, dan lainnya. Produksi minyak kelapa sawit misalnya, selalu melihat dari kacamata laki-laki yang berujung pada kekayaan, yang penting menghasilkan.
"Dalam proses pengolahan sumber daya, kita tidak hanya mengeruk. Ketika perempuan ada di bidang itu, ada pandangan lain bahwa seharusnya kita dapat merawat untuk keberlanjutan dan mencegah kerusakan lingkungan. Di Indonesia ada kearifan lokal menganut pengetahuan dari perempuan yang terus diturunkan," terang dokter Dea.
Ia menegaskan, perempuan harus lebih banyak memperkaya ilmu pengetahuan Berani mencatat sejarah. Agar perempuan bisa melawan dengan tulisan karena sudah banyak ilmu pengetahuan yang diangkat dari sudut pandang laki-laki.
"Bentuk pembakuan ilmu pengetahuan ya dengan menulis, berkarya, dan berproduktif. Kalau tidak melawan ya hanya akan terjadi intoleransi, diskriminasi, perempuan tidak dianggap dan sebagainya," imbuhnya.