Jambi, Gatra.com – Warga Kabupaten Tanjung Jabung Barat harus gigit jari sepanjang musim kemarau ekstrem ini. Air PDAM Tirta Pengabuan telah menyetop distribusi air ke pelanggan. Masalahnya, air baku PDAM mengalami kekeringan sehingga tidak bisa mengalirkan air kepada masyarakat.
Bahkan waduk air bersih di kawasan Muntialo dan sumur bor di Simpang Abadi yang dibangun pada era kepemimpinan Bupati Usman Ermulan periode pertama tahun 2001 sebagai cadangan air ketika kemarau panjang telah habis disedot mobil tangki untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat.
"Masyarakat masih menunggu aliran air bersih dari kawasan Tebing Tinggi untuk membantu suplai air ke sumber air baku di Bram Itam. Seharusnya, Pemkab jeli memanfaatkan yang ada sekarang di Parit Panting sembari menunggu di Tebing Tinggi," kata salah satu warga Tanjung Jabung Barat, Yusuf, Sabtu (24/8).
Bagi Usman Ermulan, musim kemarau merupakan kesempatan cukup baik dan tantangan pemerintah mengatasi kekeringan. Menurutnya, dengan meresapkan air sebanyak-banyaknya ke dalam tanah dan tempat penampungan air, kekeringan bisa terkendali.
"Seperti yang terjadi di Kabupaten Tanjung Jabung Barat karena sumber air baku di Parit Panting Bram Itam itu dangkal, lama tak dikeruk," kata Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Provinsi Jambi ini kepada Gatra.com, Sabtu (24/8).
Usman menyarankan agar Pemkab mengeruk sumber air di Parit Panting supaya nantinya air dari daerah aliran sungai bisa masuk ke dalam dan terisi air. "Pemkab tak hanya terkonsentrasi pada sumber air dari Tebing Tinggi saja. Namun juga sumber air di Parit Panting," ujar Usman.
Selain itu, lanjut Usman, kekeringan juga berdampak pada kinerja PDAM dapat dilihat dari adanya peningkatan konsumsi air baku oleh masyarakat, yang menunjukkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap air minum dari PDAM. Keuntungannya saat musim hujan nanti daya tampung bisa lebih banyak lagi.
"Masyarakat Tanjung Jabung Barat mengharapkan agar terlayani air bersih, jika nantinya sumber air dari megaproyek yang ada di Tebing Tinggi dapat mengalir," kata Usman, yang juga mantan Anggota DPR RI ini.
Terpisah, Direktur Umum PDAM Tirta Pengabuan, Ustayadi Barlian mengatakan, pihaknya menunggu rampungnya megaproyek di Tebing Tinggi yang dibenahi Dinas PU setempat.
"Ada beberapa pembenahan dan pencucian pipa yang dilakukan dinas PU. Karena pipa lama, ada endapan lumpur dan kotoran lainnya. Kalau tak ada halangan yang berarti dalam waktu dekat ini air mengalir," ujar Ustayadi Barlian.
Untuk memenuhi kebutuhan itu, pihaknya berupaya mengirimkan bantuan air bersih yang di drop dengan mobil tangki. "Meski tak semaksimal air dari pipa mengalir. Pada intinya, kita terus berusaha memulihkannya yakni menyuplai air ke masyarakat melalui mobil tangki," katanya.
Ustayadi Barlian mengakui pernah mengeruk di Parit Panting akan tetapi cuma bisa bertahan selama 2 tahun. Ketika musim hujan terjadi lagi kedangkalan karena naiknya endapan lumpur. Ditambah kawasan itu dikelilingi kebun sawit yang banyak menyedot air.
"Pengerukan itu butuh waktu lama dan membutuhkan biaya besar. Sekarang air pasang juga kecil, walaupun dilakukan pengerukan air pasang juga tak sampai. Nanti mengeluarkan anggaran banyak, malah jadi kasus lain," ucap Ustayadi.
Selama bertahun-tahun Kabupaten Tanjung Jabung Barat selalu berkutat dengan masalah air bersih. Padahal sejak 12 tahun silam, Pemkab Tanjung Jabung Barat, masa kepemimpinan Bupati Safrial dua periode, dana yang digelontorkan mencapai setengah triliun. Mulai dari pembuat intake, mesin penyedot, pembersih, sampai ke pipa penyuplai ke rumah-rumah warga dan sebagainya.
Namun sayang, proyek yang beberapa kali dianggarkan itu belum dapat dimanfaatkan masyarakat. Berganti bupati, berganti pula proyek yang diluncurkan dan proyek yang sempat menyisakan masalah. Yang mencolok adalah dana yang dianggarkan dengan pola tahun jamak pada 2008-2010 era Safrial itu.
Kemudian, dua tahun terakhir kembali digelontorkan pembangunan sarana air bersih di Tebing Tinggi dan revitalisasi air bersih ke Bram Itam, ditambah lanjutan pemasangan pipa dalam kota pada era Safrial itu.
Era Usman Ermulan yang menjabat menjadi bupati berikutnya pada 2011, kembali membikin proyek air bersih sebagai salah satu program penting. Pada tahun anggaran 2013, Usman justru membuat proyek baru tanpa melanjutkan proyek lama.
Usman juga memindahkan lokasi sumber air bakunya. Dari Desa Teluk Pengkah, Kecamatan Tebing Tinggi ke Desa Parit Panting, Kecamatan Bram Itam dan dilanjutkan pemasangan pipa penghubung dalam Kota Kuala Tungkal, Tanjung Jabung Barat. Alhasil, proyek yang dibangun Usman mengalirkan air ke pelanggan di dalam kota dan sekitarnya sebagai andalan PDAM memenuhi kebutuhan masyarakat.
Di balik kekeringan itu, Tim Penyidik Satgassus P3TPK Kejaksaan Agung RI di Jakarta turun langsung ke Jambi menyelidiki Kasus Dugaan Tindak Pidana Korupsi Proyek Pipanisasi Pembangunan Air Bersih di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi tahun 2009-2010.
Sejumlah orang yang diduga terlibat dalam kasus mega proyek itu diperiksa petugas di dua tempat di Jambi, yakni di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Jambi, Jalan Pattimura Kota Jambi dan di Kantor Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jambi di Telanaipura Kota Jambi.
Mereka adalah Hendri Kusuma selaku Team Leader PT Mega Citra Consultant, Eri Dahlan selaku Direktur, dan Sabar Barus selaku Plh Kadis PU Tanjung Jabung Barat pada saat itu. Penyidik memeriksanya di tempat mereka menjalani hukuman Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Jambi pada Selasa (30/7).
Sedangkan tiga orang lainnya, Bupati Tanjung Jabung Barat Safrial, Yosef Warso sebagai Sekretaris Panitia Pengadaan Barang atau Jasa dan Arsil Suyakun selaku Anggota Panitia diperiksa penyidik di Kantor Kejati Jambi, pada Kamis (1/8) pagi mendatang. Termasuk Wali Kota Jambi Syarif Fasha, saat itu selaku Pelaksana Pekerjaan Proyek diperiksa pada Rabu (31/7).
Hendri Sastra mantan Kadis PU di kabupaten itu telah divonis bersalah oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jambi. Hendri juga sempat menyebut dua pejabat penting nomor satu tersebut diduga sama-sama menikmati jatah fee hasil korupsi dari kasus pipanisasi miliaran rupiah. Fakta itu diungkapkan terdakwa di muka persidangan pada persidangan tahun lalu.
Entah sampai kapan penantian panjang warga Tanjung Jabung Barat soal air bersih bisa berakhir.