Jakarta, Gatra.com - Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) asal Papua, Natalius Pigai, menilai rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak tepat untuk mengundang para tokoh Papua ke Istana Merdeka.
Mantan Komisioner Komnas HAM itu mengatakan bahwa orang Papua tidak bermasalah sehingga tidak perlu diundangkan ke Istana. Justru menurutnya yang sangat penting diundang oleh Jokowi adalah para pelaku diskriminasi rasial.
Baca juga: Pigai: Pelaku Rasisme Adalah Separatis yang Sebenarnya
"Etika yang benar itu adalah undang raja di Jawa, undang ormas di Jawa dan diberi nasihat," kata Pigai usai acara Malam Solidaritas Kemanusiaan yang diadakan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Peduli Papua di Gedung Margasiswa, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu malam (24/8).
Menurut Pigai, langkah tersebut penting karena pihak-pihak yang masih memiliki rasa rasismelah yang patut diajak untuk bicara dan dinasihati agar ke depannya agar virus-virus rasial yang ada dalam otak dan pikiran mereka dapat hilang di kemudian hari. Setelah melakukan hal tersebut, menurutnya baru tepat untuk Jokowi mengundang tokoh-tokoh Papua.
"Keluarkan virus- rasisme di otak mereka, itu baru benar, baru langkah berikutnya mengundang orang Papua," ujar Pigai.
Baca juga: Sakit Hati Dengan Rasisme, Mahasiswa Minta Papua Merdeka
Karena yang menjadi permasalahan, lanjut Pigai, adalah peristiwa diskriminasi rasial yang diterima oleh mahasiswa Papua di Surabaya. Sejumlah mahasiswa papua mendapatkan ujaran rasisme dari aparat, ormas, dan sipil di Surabaya akibat dituduh bertanggung jawab atas patahnya sebuah tiang bendera. Tindakan itu kemudian direspons keras oleh masyarakat Papua yang berakibat kerusuhan di sejumlah titik di sana.
Sebelumnya, Jokowi berjanji bakal mengundang para tokoh, mulai dari tokoh adat, masyarakat, dan agama dari Papua dan Papua Barat ke Istana pada pekan depan untuk membicarakan masalah percepatan kesejahteraan di Tanah Papua.