Purwokerto, Gatra.com – Komunitas Radenpala akan melakukan tradisi Grebeg Sura Gunung Slamet pada 31 Agustus 2019 mendatang. Tradisi itu akan tetap digelar meski saat ini Gunung Slamet masih berstatus Waspada atau Level II.
Ketua Komunitas Radenpala Irma Anggraeni mengatakan, kepastian ini diperoleh setelah Perhutani mengizinkan ritual tersebut tetap digelar. Akan tetapi, perjalanan ritual dan pelaksanaan Grebeg Sura di Gunung Slamet itu tak mendekati puncak, melainkan hanya sampai di bawah Pos 1.
“Kita akan mulai naik sekitar tanggal 31 Malam,” katanya, di Purwokerto Sabtu (24/8) malam.
Dia menyebut, Grebeg Sura merupakan bentuk rasa msyukur berkah dari Tuhan. Di atas ketinggian Gunung Slamet, masyarakat melakukan doa bersama dan mengingat kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
Kegiatan tersebut telah menjadi tradisi tahunan yang harus dilestarikan. Selain itu, Tradisi Grebeg sura akan menjadi bagian penting upaya pelestarian Gunung Slamet.
Grebeg Sura digelar sejak tahun 2003, pada masa Juru Kunci Gunung Slamet, Mbah Syamsuri (Alm). Pada tahun-tahun sebelumnya, Grebeg Sura diadakan di atas Pos 4 atau mendekati kawasan puncak.
“Sebenarnya pos 4 juga masih aman karena masih di luar zona berbahaya. Tapi tujuan kita bukan untuk pendakiannya, melainkan tradisi untuk bersyukur kepada Tuhan,” kata Irma.
Lebih lanjut lagi, pendaki dalam Grebeg Sura tak ubahnya perjalanan spiritual. Sepanjang pendakian, para peserta harus menjalani laku bisu. Mereka wajib menahan mulutnya.
"Tidak boleh bicara, teriak-teriak, biar bisa merenung. Berjalannya dengan diam, laku bisu,” ujarnya.
Ketua Pengelola Pos Pendakian Baturraden, Sasi Muldiantoro menambahkan, rencananyanya ritual Grebeg Sura Gunung Slamet bakal diikuti oleh sekitar 60 orang. Peserta nantinya dari komunitas pecinta alam Radenpala dan masyarakat umum.
“Yang sudah mendaftar itu Mas. Tapi mungkin nanti akan bertambah,” jelasnya.