Gaza, Gatra.com - Mediator Qatar, Mohammed Al-Emadi, mengatakan, Israel dan kelompok Islam Hamas tidak memiliki keinginan untuk berperang meskipun terjadi peningkatan kekerasan.
"Kedua belah pihak berkomitmen untuk melakukan gencatan senjata dan mereka tidak memiliki niat untuk berperang sama sekali," ujar Emadi.
Melansir Reuters, Minggu (25/8), Hamas diketahui telah berperang sebanyak 3 kali dengan Israel selama satu dekade terakhir. Ketegangan di sepanjang perbatasan Gaza juga semakin meningkat dengan bertambahnya korban jiwa.
Baca juga: Inisiatif Arab Tidak Menyelesaikan Konflik Israel-Palestina
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dikecam dalam beberapa pekan terakhir karena tidak bisa berbuat banyak dalam menangani Hamas.
Diketahui, dalam pertempuran yang terjadi selama 2 hari pada awal Mei lalu, proyektil dari Gaza menewaskan empat warga sipil di Israel. Sementara itu, serangan Israel menewaskan 21 warga Palestina, dan lebih dari setengahnya warga sipil.
Gencatan senjata yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan PBB mengakhiri putaran kekerasan tersebut. Israel menarik pasukan dan pengungsinya dari daerah pantai pada 2005, tetapi menahan wilayah tersebut dengan blokade laut, dengan alasan masalah keamanan.
Israel dan Mesir yang juga berbagi perbatasan dengan Gaza, keduanya tetap memegang kendali ketat atas penyeberangan wilayah mereka dengan jalur tersebut.
Sekitar 2 juta warga Palestina tinggal di Gaza. Blokade Israel-Mesir telah membawa ekonomi Gaza ke dalam jurang kehancuran. Selain itu, pencegahan bantuan asing baru-baru ini dan sanksi oleh Otoritas Palestina, juga turut memperburuk situasi.
"Kedua belah pihak tidak memiliki niat perang tetapi terjadi krisis uang dan situasi kemanusiaan yang buruk. Jika orang merasa nyaman secara finansial, perang sepenuhnya dapat dihilangkan," kata Emadi.
Baca juga: Israel Gusur Rumah Warga Palestina di Yerusalem Timur
Qatar dalam beberapa tahun terakhir menyalurkan bantuan lebih dari 1 miliar dolar untuk Gaza yang tingkat kemiskinan dan penganggurannya cukup tinggi.
Sebelumnya, Kepala Hamas, Ismail Haniyeh, mengatakan, rumah sakit baru, zona industri, dan saluran listrik baru akan dibangun di Gaza. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari perjanjian gencatan senjata yang luas dengan Israel.
Kesepakatan yang ditengahi oleh Mesir, Qatar, dan PBB tersebut belum diakui secara terbuka oleh Israel. Bahkan, Israel menganggap Hamas sebagai organisasi teroris dan menolak negosiasi langsung.