New York, Gatra.com - Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) mengatakan telah mengidentifikasi 193 kasus potensial penyakit paru-paru parah. Kasus ini dikaitkan dengan penggunaan vape di 22 negara bagian, termasuk satu orang dewasa di Illinois yang meninggal setelah dirawat di rumah sakit pada Jumat (22/8).
Dilansir Kantor Berita Reuters, Minggu (25/8), CDC telah menyelidiki para penderita penyakit paru-paru ini dan diyakini terkait dengan penggunaan rokok elektrik. Namun, hal ini belum dapat dipastikan disebabkan oleh vape atau bukan.
Rokok elektrik umumnya dianggap lebih aman daripada rokok tradisional. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, rokok tradisional membunuh hingga setengah dari semua pengguna seumur hidup. Tetapi efek kesehatan jangka panjang dari vaping pun sebagian besar masih tidak diketahui.
Baca juga: Rokok Elektrik Ternyata Bisa Timbulkan Komplikasi
Dalam sebuah diskusi dengan awak media, perwakilan dari lembaga kesehatan, termasuk Badan Pengawas Obat dan Makanan AS, mengatakan, mereka belum mengaitkan penyakit tersebut dengan produk tertentu dan bahwa beberapa pasien telah melaporkan menggunakan vape dengan cairan ganja.
Sementara itu, Direktur Pusat Produk Tembakau FDA, Mitch Zeller, mengatakan, badan tersebut menganalisis sampel produk dari negara bagian untuk mengidentifikasi konstituen yang berpotensi membahayakan bahkan mungkin memicu penyakit.
Dia mengatakan, lembaga kesehatan sedang mencoba mempelajari produk vaping tertentu yang digunakan untuk mengetahui apakah mereka digunakan sebagaimana dimaksud atau dicampur dengan zat lain.
"Fakta-fakta semacam itu perlu dirangkai untuk setiap kasus ini, sehingga kita dapat melihat apakah ada pola lain yang muncul," kata Zeller.
Selama sepekan terakhir, jumlah kasus potensial telah bertambah lebih dari dua kali lipat. Pada 17 Agustus lalu, CDC mengatakan, sedang menyelidiki 94 penyakit paru-paru potensial di 14 negara bagian.
Wakil Direktur Terjemahan Penelitian di Divisi Merokok dan Kesehatan CDC, Brian King, mengatakan, ada kemungkinan pada kasus-kasus sebelumnya yang belum diidentifikasi oleh badan kesehatan.
"Intinya adalah bahwa ada berbagai hal dalam aerosol e-rokok yang dapat berdampak pada kesehatan paru-paru," kata King.
Ia menambahkan bahwa tidak ada senyawa yang secara langsung terkait dengan perawatan di rumah sakit baru-baru ini.
Baca juga: Riset Tiga Tahun di Italia Simpulkan Rokok Elektrik Tak Bahaya
Presiden American Vaping Association, Gregory Conley, mengatakan bahwa pihaknya yakin penyakit-penyakit itu disebabkan oleh perangkat yang mengandung ganja atau obat-obatan sintetis lainnya, bukan nikotin. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah siaran pers pada Kamis (22/8).
Para pasien mengalami kesulitan bernapas, sesak napas, dan kadang-kadang nyeri dada sebelum dirawat di rumah sakit. Beberapa menunjukkan gejala seperti muntah, diare, dan kelelahan.
"Tingkat keparahan penyakit yang dialami orang sangat mengkhawatirkan dan kita harus mengatakan bahwa menggunakan rokok elektrik dan vaping bisa berbahaya," kata Direktur Kesehatan Masyarakat Departemen Illinois, Dr. Ngozi Ezike.