Jakarta, Gatra.com - Menanggapi panasnya suasana di Manokwari yang terjadi beberapa waktu lalu, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) terpilih yang berasal dari Papua Yorrys Raweyai mengatakan itu sudah terjadi sejak 1965 silam. Kericuhan yang terjadi belum lama ini, dia sebut merupakan rasa kekecewaan yang sudah menumpuk dari masyarakat Papua.
“Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di Papua ini harus dilakukan melalui pendekatan antropologi dan budaya,” jelas Yorrys saat ditemui di Cikini, Jakarta, Sabtu (24/8).
Menurut Yorrys, pendekatan tersebut sebelumnya sudah pernah dibahas bersama Menko Polhukam sebelumnya yaitu Luhut Binsar Panjaitan. Pendekatan antropologi dan budaya dinilai cocok karena masyarakat Papua merupakan masyarakat yang masih kental dengan budaya adat istiadatnya.
Yorrys dan beserta Menko Polhukam Wiranto yang ditemani jajaran TNI dan Polri pun telah bertemu dengan masyarakat Papua pada Kamis (22/8) lalu. Pada pertemuan tersebut, massa aksi menyampaikan setidaknya tujuh tuntutan terkait permasalahan tersebut.
Terkait pembahasan pendekatan tersebut, Yorrys mengaku belum sempat menyampaikan kembali gagasan tersebut kepada Menko Polhukam Wiranto saat kunjungan ke Manokwari. Namun Yorrys yakin para jajaran deputi di Polhukam sudah mengetahui gagasan tersebut.
“Pertemuan kemarin relatif singkat jadi saya belum sempat menyampaikan langsung ke pak Menko Polhukam. Tapi kalau deputi-deputinya saya rasa mereka tahu karena kan sudah berproses dari yang sebelumnya,” jelas Yorrys.
Tujuh tuntutan yang disampaikan massa saat pertemuan dengan Menko Polhukam diantaranya adalah mendesak agar presiden mewakili segenap Bangsa Indonesia meminta maaf kepada rakyat bangsa Papua, serta meminta Presiden Jokowi memecat oknum anggota TNI yang mengeluarkan statement 'monyet' kepada mahasiswa Papua.