Jakarta, Gatra.com- Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali menetapkan kebijakan penambahan tarif 5% untuk komoditas Cina. Sebelumnya ditetapkan sebesar 10%. Kebijakan tersebut berdampak bagi perekonomian global, termasuk Indonesia.
Direktur Eksekutif CORE Indonesia, Piter Abdullah mengatakan, eskalasi perang dagang yang semakin sengit akan memperdalam perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Oleh karena itu, ia menjelaskan, permintaan global akan menurun. Ini mengakibatkan volume dan harga komoditas tertahan di level rendah.
"Jadi, dari sisi perdagangan, eskalasi perang dagang akan mempersulit Indonesia mendorong ekspor," jelasnya saat dihubungi Gatra.com, Sabtu (24/8).
Ia juga menjelaskan, ada kemungkinan Indonesia menjadi sasaran barang impor dari negara lain. Piter menilai, perekonomian Indonesia masih cukup terbuka, sehingga banyak negara yang yang akan memanfaatkannya.
"Oleh karena itu, sebagai dampak yang akan terjadi, Piter menjelaskan, current account defisit (CAD) negara akan semakin lebar. Intinya, terhambat ekspor dan peningkatan impor mengakibatkan neraca perdagangan akan terus berpotensi defisit,"katanya.
Sebagai informasi, pada kuartal II 2019, CAD meningkat menjadi US$84 miliar atau setara dengan 3% dari produk domestik bruto (PDB). Angka tersebut melebar dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang hanya sebesar US$7 miliar atau setara 2,6% dari PDB.