Jakarta, Gatra.com - Negara-negara di bagian Afrika Tengah mulai mengambil langkah serius demi menyelamatkan populasi jerapah. Hal ini dikarenakan jumlah jerapah di Afrika mengalami penurunan sebanyak 40% dalam 30 tahun terakhir dan diperkirakan akan mendekati kepunahan.
Sebagian besar, mamalia tersebut diburu untuk dijadikan daging lalu bagian tubuh juga digunakan untuk membuat produk termasuk perhiasan, gelang dan dompet. Negara-negara harus mencatat ekspor bagian jerapah atau artefak dan izin akan wajib untuk perdagangan mereka.
Gerakan ini datang dari Republik Afrika Tengah, Chad, Kenya, Mali, Niger, dan Senegal, yang mengalami populasi jerapah semakin berkurang. Mereka berpendapat bahwa ada bukti yang menunjukkan perdagangan internasional berkontribusi terhadap penurunan jerapah.
Tetapi ada perlawanan dari negara-negara Afrika selatan, termasuk Afrika Selatan, Botswana dan Tanzania, yang mengklaim jerapah bernasib lebih baik.
Kepala layanan ilmiah Cites, Tom De Meulenaer menyatakan bahwa jumlah jerapah di Afrika lebih sedikit dibandingkan gajah. Menurutnya, perlu ada langkah besar dan positif untuk menyelamatkan jerapah tersebut.
Mendukung pernyataan tersebut, Ketua International Union for Conservation of Nature's Giraffe, Julian Fennessy bersama dengan Okapi Specialist Group menuturkan peningkatan dukungan finansial dan politik diperlukan untuk menghentikan penurunan populasi jerah. Lanjutnya, sebab butuh aturan khusus untuk membatasi perdagangan daging hewan liar di pasar domestik.
"Butuh dukungan finansial dan politik untuk menyelamatkan jerapah dari segi regulasi pembatasan daging hewan liar yang dijual secara bebas di pasar domesti. Sebab, inilah yang menyebabkan perburuan meningkat tajam," katanya seperti yang dilansir BBC, Jumat (23/8).