Kerinci, Gatra.com – Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS), saat ini menjadi lokasi perburuan satwa, terutama untuk jenis burung langka yang bernilai tinggi. Data yang didapat Gatra.com, terjadi perburuan besar-besaran di TNKS, melibatkan pengusaha besar sebagai pemodalnya.
Pemodal-pemodal tersebut membiayai para pemburu untuk menangkap burung di hutan dan kemudian ditampung dan dijual ke Jakarta.
Direktur Eskekutif LSM Flight Protecting Indonesia’s Birds, Marison mengatakan perburuan burung di Kerinci tidak hanya melibatkan warga lokal saja, namun juga melibatkan pemburu dari luar. “Pemburunya ada yang dari Padang, Linggau bahkan ada pemburu yang berasal dari Jawa juga memburu burung di Kerinci,” katanya, Jumat (23/8).
Pemburu tersebut, lanjutnya, biasanya berkelompok dan tinggal selama berminggu-minggu di dalam hutan. “Begitu keluar hutan sudah ditunggu pembeli,” ucapnya.
Staff Biodiversiti NGO Walestra Jambi, Yose Chua juga mengakui terjadinya perburuan besar-besaran di TNKS yang mengancam keberadaan burung. “Harus diakui, yang satu ini tidak menjadi fokus TNKS sebagai pihak pengelola. Saya tidak tahu apa sebabnya,” kata Yose.
Padahal, lanjutnya, dalam satu kali operasi pemburu tersebut bisa menangkap ratusan hingga ribuan burung liar.
“Seperti kasus di Jangkat, burung migran yang diburu dengan menggunakan jaring dan ditangkap jumlah besar. Ini terjadi karena kurangnya pengawasan,” ucap pria yang juga aktif di Kerinci Birt Watching Club (KBC).
Dia berharap pihak TNKS meningkatkan lagi sistem pengawasan dan patroli serta melakukan sosialisasi ke masyarakat, yang berdampingan dengan kawasan.