Jakarta, Gatra.com - Badan Litbang Pertanian (Balitbangtan) meluncurkan bioplastik berteknologi nanoselulosa untuk menggantikan bahkan mengeluarkan kantong plastik yang limbahnya mencemaskan semua negara termasuk Indonesia.
Kepala Balitbangtan, Dr. Fadjry Djufry, dalam keterangan tertulis, Kamis (23/8), disampaikan, diminta bioplastik berteknologi nanoselulosa ini untuk merupakn hasil pengembangan Balai Besar Pascapanen Balitbangtan. Bioplastik ini ramah lingkungan dan mudah terurai dalam waktu 60 hari.
"Penggunaan limbah pertanian sebagai bahan baku nanoselulosa mampu mengurangi pencemaran akibat limbah yang tidak tertangani dengan baik," katanya.
Menurut Djufry, biaya atau harga jual bioplastik umum 3-3,5 kali lebih mahal dari plastik konvensional atau sekitar Rp700-Rp2.000 per kantong. Namun dengan keunggulannya terhadap kelestarian Lingkungan diharapkan ke depan ada intervensi pemerintah untuk dapat menurunkan harga bioplastik agar dapat bersaing dengan produk plastik konvensional.
Djufry melanjutkan, melanjutkan produk bioplastik berteknologi nano ini berlangsung di Gedung Sadikin Sumintawikarta, Kantor Pusat Pertanian Bogor pada Kamis kemarin (22/8), merupakan upaya Balitbangtan menjawab pertanyaan tentang sampah plastik.
Menurutnya, saat ini dunia sedang diresahkan oleh pencemaran global akibat sampah plastik. Plastik merupakan salah satu jenis polimer dari minyak bumi yang sangat diminati.
Plastik lebih dipilih untuk digunakan karena sifatnya yang ringan, elastis, tahan udara, fleksibel, mudah dibentuk, serta ongkos produksinya yang minimalis sehingga memperoleh harga murah. Namun plastik ini tidak mudah diurai oleh alam sehingga sampah terakumulasi di bumi mencemari biota darat juga laut.
Kondisi ini mendorong masyarakat dunia untuk berlomba-lomba menyelamatkan bumi untuk menghemat penggunaan kemasan plastik. Penelitian dan pengembangan ditujukan untuk menghasilkan kemasan ramah lingkungan, serta mengolah kembali sampah plastik agar memperoleh nilai ekonominya dan tidak mencemari Lingkungan.
Pemerintah Kota Bogor telah mengeluarkan larangan penyediaan kantong plastik pada bulan Agustus 2019 untuk pusat pengeluaran dan hotel. Tak mau ketinggalan, Balitbangtan melalui Balai Besar Pascapanen juga telah mengembangkan produk nanoselulosa dari limbah biomassa pertanian, seperti tandan kosong kelapa sawit, tongkol jagung, daun nenas, jerami padi, dan lainnya.
Bahan nanoselulosa ini dicampurkan pada proses produksi bioplastik. Bioplastik umumnya dikembangkan dari pati khusus untuk singkong, namun bioplastik yang ada di pasaran saat ini masih memiliki kekurangan yaitu kuat tariknya yang rendah dan permeabilitasnya yang tinggi.
Penambahan nanoselulosa dari limbah pertanian dari hasil penelitian Balitbangtan telah memperoleh peningkatan yang kuat sekaligus menurunkan permeabilitas bioplastik.