Tanjungpinang, Gatra.com - Sekitar 150 pelajar dan mahasiswa deklarasi tolak paham dan aksi radikalisme usai dialog "Membangun Pilar Kebangsaan di Era Milenial" di aula SMKN 1Tanjungpinang, Kamis (22/8).
Selain deklarasi menolak radikalisme, pelajar dan mahasiswa juga melakukan deklarasi tolak informasi hoaks dan mendorong kedamaian di Tanah Air.
Dosen Jurusan Ilmu Hukum Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Pery Rehendra Sucipta mengatakan, radikalisme merupakan ancaman negara. Dari data berbagai lembaga negara, masyarakat yang sudah terpapar radikalisme cukup banyak, termasuk mahasiswa.
"Jumlah mahasiswa yang tertarik dengan radikalisme dan ingin mengubah ideologi Pancasila juga cukup banyak. Untuk itu perlu diambil langkah-langkah tepat untuk menangkal paham itu" katanya kepada Gatra.com di acara yang ditaja Komunitas Bakti Bangsa itu.
Menurut Fery, Pancasila adalah benteng strategis untuk mencegah paham yang bertentangan dengan ideologi Negara. Kaum millenial bukan tak mungkin mengamalkan Pancasila, misalnya dengan melakukan kegiatan positif seperti mengajar anak-anak kurang mampu.
"Seperti yang dilakukan oleh Pengajar Muda Komunitas Bakti Bangsa hari ini, meski sederhana, tapi ini adalah bagian dari mengamalkan Pancasila, yang otomatis akan berdampak positif bagi masyarakat," katanya.
"Memahami dan mengamalkan Pancasila tak boleh kaku, harus disesuaikan dengan kebutuhan zaman. Yang penting, harus berbuat baik," tambahnya.
Bagi Wali Kota Tanjungpinang, Syahrul, Pancasila adalah rel kehidupan. Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila harus dipahami dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga masyarakat tak mudah dipengaruhi oleh paham-paham yang melanggar hukum, seperti radikalisme.
"Sumber dari segala sumber hukum adalah Pancasila, kemudian baru lahir UUD 1945. Konstitusi kita harus berlandaskan Pancasila," katanya.
Pemerintah memiliki tugas besar untuk mendorong pengamalan Pancasila kepada masyarakat mulai sejak dini. Pengamalan sila pertama dalam Pancasila saja dapat membangun negara dalam kondisi aman, tentram, dan damai. Dan sila kedua hingga kelima harus berlandaskan pada sila pertama.
"Pancasila diyakini mampu menjadi benteng bagi kehidupan bangsa dari paham-paham yang tidak sesuai dengan ideologi negara," katanya.
Kapolres Tanjungpinang AKBP Ucok Lasdin Silalahi mengatakan, peran mahasiswa, pelajar, dan masyarakat dalam mencegah radikalisme maupun paham-paham lain yang tak sesuai dengan ideologi Pancasila, sangat besar. Lantaran itu, kepolisian selalu mendorong keikutsertaa seluruh pihak dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.
"Kami setiap hari melakukan kegiatan yang berbaur dengan masyarakat, tak hanya di perkotaan, tapi juga ke pelosok daerah," katanya.
Tanjungpinang bukan kota "kaleng-kaleng". Kota ini menyimpan sejarah penting yang tak lepas dari perjuangan melawan penjajah dan membangun masyarakat menjadi cerdas.
Dari Pulau Penyengat, lahir dua pahlawan, yang memiliki latar belakang perjuangan yang berbeda.
Pertama Raja Ali Haji, sebagai Pahlawan Nasional untuk bidang bahasa. Raja Ali Haji merupakan pengarang Gurindam 12, syair yang memantulkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.
Kemudian ada Raja Haji Fisabilillah, Pahlawan Nasional yang berjuang melawan tentara Belanda. "Dari Pulau Penyengat, Kota Tanjungpinang lahir cikal-bakal Bahasa Indonesia. Jadi orang-orang Tanjungpinang itu luar biasa, bukan 'kaleng-kaleng'. Semestinya nilai-nilai perjuangan masa lalu itu yang harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan saat ini," katanya.
Presiden Mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang, Rindy Apriadi mengatakan ketidakadilan yang dirasakan kelompok masyarakat tertentu menyebabkan mereka mudah diprovokasi.
Persoalan mendasar dalam kehidupan masyarakat tak terlepas dari kesejahteraan. Namun kalau kemudian menemukan ketidakadilan, seharusnya bukan berusaha menghilangkan ideologi Pancasila, tapi memperbaikinya.
"Pemuda harus kuat, tangguh dan kokoh, tak boleh terpengaruh dengan paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila," pintanya.
Reporter: Fathur Rohim