
Jakarta, Gatra.com - Indonesia memiliki potensi untuk menggeser posisi India sebagai pengekspor sabut kelapa (coco fiber) terbesar di dunia.
Pengusaha sabut kepala, Cheppy Mangkubumi potensi sabut kelapa Indonesia belum digarap secara maksimal. Diketahui nilai ekspor sabut kelapa India mencapai Rp5,4 triliun di 2018.
"Berapa nilai ekspor sabut dari Indonesia? Indonesia hanya jual coco fiber saja, sedangkan India jual dengan nilai lebih," ujar Cheppy dalam FGD Diseminasi Pengembangan Industri Kelapa di Swiss-Belhotel Kalibata, Jakarta, Kamis (22/8).
Sebagai contoh keset sabut kelapa India berukuran 50x80 cm dijual seharga Rp180.000 per buah di jaringan ritel Informa. India memiliki keunggulan karena harga jual dan jaringan distribusinya lebih kompetitif dibandingkan di Indonesia.
Bisnis kelapa dan industri turunannya di Indonesia sangat terbuka lebar. Produksi buah kelapa Indonesia rata-rata 15,5 miliar butir per tahun setara dengan 1,8 juta ton sabut kelapa dan 3,3 juta ton debu kelapa (cocopeat).
Coco fiber dapat diolah menjadi coir rope (tali sabut) yang harganya US$700/ton. Kemudian, coir rope dapat diolah menjadi coir twine (benang sabut) dan doormat (keset) yang masing-masing harganya US$3,9/ikat dan US$2/buah.
Menurut Cheppy, produk sabut kelapa Indonesia berpeluang masuk ke pasar Australia dan Amerika. Di sisi lain, pasar besar lain seperti Cina dan Eropa produk India lebih kompetitif karena biaya transport jauh lebih murah.
"Kita harus melangkah ke depan membuat produk-produk turunan dari coco fiber," tegasnya.