Jakarta, Gatra.com - Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, menilai bahwa devaluasi mata uang Cina, Yuan bukan kebijakan yang ditempuh Cina untuk menghadapi perang dagang melawan Amerika Serikat (AS).
"Dari bacaan, kami melihat berbagai pernyataan pejabat tinggi Tiongkok bahwa adanya devaluasi tidaklah mengarah pada penggunaan mata uang," ujarnya dalam RDG bertemakan B7DRR Turun 25 bps Menjadi 5,50%: Stabilitas Terjaga Dukung Langkah Pre-empentive Mendorong Pertumbuhan, di Gedung Thamrin, Jakarta, Kamis (22/8).
Menurut Perry, reaksi Cina ialah dengan terus melakukan perundingan serta antisipasi melalui kebijakan yang akomodatif. "Jadi, seperti dilakukannya kebijakan suku bunga dasar kredit loan prime rate-nya," katanya.
Selain itu, kata Perry, kebijakan tersebut juga dilakukan dengan menambah likuiditas dari sisi moneter dan stimulus fiskal. "Jadi, lebih mengandalkan hal itu," ucapnya.
Sementara itu, dalam rangka antisipasi, Perry mengemukakan bahwa BI akan terus berada di pasar guna menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan fundamentalnya, khususnya apabila terjadinya suatu peningkatan risiko.