Jakarta, Gatra.com - Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pengusaha Minyak Kelapa Indonesia (Pepmikindo), Mohammad Tohier, menyatakan bahwa produk minyak kelapa Indonesia tak kalah dari Filipina yang merupakan produsen utama di dunia.
"Kalau kita bukan berarti harga enggak bisa bersaing. Kalau kita, buatnya di sentra produksi kita bisa jual US$3 per botol (Rp 42.803). Problem kita biaya transportasinya mahal," katanya dalam forum group discussion di Swiss-Belhotelz Jakarta, Kamis (22/8).
"Per botol Rp3.400. Tapi karena ke end user langsung, no problem. Kalau kita bicara skala besar Rp3.400 untuk ekspor jadi masalah," katanya. Sementara itu, harga VCO di Filipina hampir sama dengan Indonesia, yaitu US$3-3,5 (Rp42.803 - Rp49.935) per botol.
Menurutnya, apabila produksinya di daerah sentra kelapa, harganya akan bersaing. Namun, seringkali sumber daya manusia (SDM) kurang dan biaya pengangkutannya mahal. Selain itu, apabila daging kelapa yang menjadi bahan baku VCO terlalu lama tak diolah akan berbau tengik.
"Dari Sulawesi coba angkut ke Jakarta dulu. Nambah-nya uda berapa? Kecuali ada pelabuhan ekspor. Kendalanya kalau membuatnya di Jawa, harganya tidak bersaing," tuturnya.
Tohier mengaku belum mengekspor produk VCO-nya karena terkendala perizinan ekspor.