Semarang, Gatra.com - Dalam 30 tahun terakhir ini, Indonesia mengalami transisi epidemiologi yaitu suatu kondisi berubahnya pola masalah kesehatan yang ditandai dengan beban ganda atau double burden dari pelayanan kesehatan.
Pada kondisi ini, di Indonesia, penyakit menular termasuk penyakit tular vektor masih merupakan masalah kesehatan, sedangkan morbiditas, mortalitas, dan disabilitas akibat penyakit tidak menular semakin meningkat.
Hal ini dikatakan Menteri Kesehatan (Menkes) Nila Moeloek pada “Seminar Nasional Peringatan Hari Pengendalian Nyamuk 2019” di Hotel MG Setos Semarang, Kamis (22/8). Seminar nasional yang dibuka Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo tersebut diikuti ratusan peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Menkes labih lanjut manyatakan, kondisi ini juga terjadi di banyak negara berkembang. Beberapa pakar menyebut kondisi ini sebagai triple burden karena mereka memisahkan penyakit menular dengan kecelakaan/ruda paksa atau injury.
“Dengan demikian beban masalah yang dihadapi adalah penyakit menular, penyakit tidak menular dan injury,” kata Menkes dalam sambutan tertulis yang dibacakan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan, Anung Sugihantono.
Mengingat potensi penyebaran penyakit tular vektor yang sangat banyak dan wilayahnya sangat luas, lanjut Menkes, maka upaya melakukan pengendalian vektor tanpa menganggu ekosistem menjadi ujung tombak dalam rangka upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tular vektor di Indonesia.
Pengendalian vektor tidak sederhana karena berkaitan dengan lingkungan sebagai tempat perkembangbiakan yang pada beberapa kesempatan ada hubungannya dengan sumber perekonomian masyarakat.
Selain itu juga berkaitan dengan perilaku masyarakat, yang dipengaruhi oleh berbagai determinan kehidupan sosial kemasyarakat atau kultural di masing-masing daerah.
Pengendalian vektor menjadi tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa, baik pemerintah, masyarakat, akademisi dan/ atau dunia usaha.
“Di Indonesia ditemukan sebanyak 221 spesies nyamuk yang diketahui menjadi vektor penular penyakit infeksi seperti malaria, demam berdarah dengue (DBD), chikungunya, japanese enchepalitis, filariasis, zika dan lainnya,” ujar Menkes.
Di negara tropis seperti Indonesia, nyamuk dengan mudah berkembang biak karena mempunyai habitat yang sesuai, seiring dengan meningkatkan mobilitas penduduk.
Kondisi menyebabkan transmisi penyakit tular nyamuk dapat terjadi di mana saja bukan hanya di kota, namun juga di desa bahkan di daerah pegunungan atau rawa, hutan bakau dan berbagai ekosistem lainnya.
“Saya berharap seminar yang dilakukan mampu menghasilkan berbagai hal yang berkaitan dengan pencegahan dan penyakit menular dengan vektor nyamuk di Indonesia,” ujarnya.
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, menyatakan program Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas) mestinya bisa memberantas vektor nyamuk yang menyebabkan penyakit malaria, DBD, dan lainnya.
“Saya menjadi gemas, kalau program Germas ternyata belum bisa memberantas vektor nyamuk,” ujar dia.