Jakarta, Gatra.com - Terry Mart, pakar fisika nuklir dan partikel dan guru besar di Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Universitas Indonesia mendapat penghargaan LIPI Sarwono Award. Ia menerima penghargaan itu karena konsistensinya di bidang fisika nuklir dan partikel selama 32 tahun.
"Dari saya bergelut selama 32 tahun dengan fisika nuklir dan partikel, utamanya partikel kaon, akhirnya sampai juga saya di sini. Terima kasih untuk semua orang yang telah mendukung saya. Terima kasih untuk orang tua saya, yang secara tidak langsung mengenalkan fisika kepada saya," ujarnya saat ditemui di kantor LIPI, di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (22/8).
Tidak hanya karena konsistensinya, Terry dipilih menjadi penerima penghargaan, juga karena ratusan karya tulis ilmiahnya, baik yang diterbitkan di jurnal maupun prosiding, di kanal nasional ataupun internasional. Selain itu, Terry juga berhasil memasukkan dua karya tulisnya ke dalam portal jurnal bergengsi di dunia, SLAC-SPIRES, sehingga dia pun mendapat predikat sebagai salah satu dari seratus fisikawan terbaik di dunia.
Di balik konsistensinya pada bidang fisika kaon, Terry pernah jenuh dan frustrasi karena penelitian-pelitiannya, yang kebanyakan membedah partikel kaon. Bahkan, terkadang dia merasa sudah tidak ada lagi yang dapat digali dari kaon.
"Kadang-kadang saya iri dengan bidang-bidang fisika teori terdepan, seperti teori superstring atau theory of everything yang tampaknya jauh lebih menjanjikan hadiah Nobel ketimbang teori produksi kaon," tutur Terry.
Kesulitan demi kesulitan pun terus menderanya. Baik karena sedikitnya penelitian tentang partikel Kaon, minimnya ahli yang benar-benar mengerti tentang kaon, hingga kesulitan terbesarnya: finansial.
Kesulitan finansial itu, kata Terry, muncul setelah dia menikah, yaitu pada 2000, ketika dia memilih untuk menetap di Indonesia. Saat itu, dia pun fokus pada penelitian-penelitiannya. Terry bahkan menjadi dosen pembantu di universitas lain, demi menambah pundi-pundi penghasilannya.
"Beruntung saya bisa menuliskan keluh-kesah saya di beberapa koran nasional, untuk mengurangi rasa frustrasi sebagai peneliti teori di Indonesia. Ya, memang banyak orang tidak mengerti, terutama pemberi dana penelitian, mengapa teori harus diteliti," kata pria kelahiran Palembang itu.
Pada 2000, perjuangannya mulai menunjukkan hasil. Dari penelitian yang dilakukan, Terry berhasil menemukan sebuah model partikel yang kemudian dinamakan Kaon-MAID. Namun, karena koneksi internet di UI saat itu masih lambat, model yang dibuat secara interaktif dan online itu akhirnya dipasang di Universitat Mainz Jerman. Sayangnya, hingga saat ini Terry tidak pernah lagi memperbarui temuannya itu.
"Karena waktu dan kesempatan untuk ke sana lagi belum ada. Jadi, saya belum bisa meng-update Kaon-MAID yang ada di Jerman. Semoga saja, setelah ini, saya punya kesempatan buat ke sana," kata dia.
Sementara itu, saat ini penerima Habibie Award itu tengah fokus meneliti produksi elektromagnetik dari keanehan pada nukleon dan inti atom, sifat resonansi nukleon, produksi hipertriton dan hipernuklei, serta sifat dari materi bintang neutron.