Jakarta, Gatra.com - Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) Arief Rahman mengatakan bahwa pertemuan KNIU Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) diadakan rutin guna menggabungkan 4 program yang selama ini berjalan sendiri-sendiri. Keempat program tersebut ialah program pendidikan, ilmu pengetahuan, media dan informasi dan kebudayaan.
Dengan berkumpulnya 4 program tersebut di pertemuan bertajuk Koeksistensi antar Pembangunan Nasional dan Konservasi, Serta Implementasi Pariwisata Berkelanjutan di Kawasan Tetapan UNESCO.
Menurut Arief, dari pertemuan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bisa menjadi pengetahuan, yang mana nantinya berlandaskan pengetahuan tersebut bisa diinisiasi menjadi sebuah gerakan. Selain itu, bahkan Arief meminta pertemuan ini lebih mendorong pengetahuan tersebut menuju sebuah level yang lebih tinggi lagi.
"Kemudian yang didorong bukan hanya masyarakat yang berpengetahuan, tapi kita akan dongkrak hingga mencapai masyarakat yang berbudaya. Lalu, nanti ketika sudah sampai yang berbudaya, maka akan kita dukung sampai menjadi masyarakat yang beradab," ungkap Arief saat ditemui di Graha Utama Kemendikbud, Jakarta, Kamis (22/8).
Selain itu, Arief juga mengatakan pembangunan nasional jangan hanya melihat dari sisi ekonomi dan pariwisata saja, namun juga harus memperhatikan aspek adat dan proteksi suatu kawasan. Aspek adat dan proteksi penting sebagai bentuk pelestarian kebudayaan yang telah ada di kawasan tersebut.
"Kalau perlu orang pergi ke danau Toba, tidak boleh memakai kapal yang ada mesinnya. Bisa juga misal, di beberapa daerah candi itu harus melepaskan sepatu. Lalu pergi ke kawasan tertentu harus memakai sarung. Jadi memang harus dilakukan sesuai adat dan proteksi oleh kita semua," ungkap Arief.