Jakarta, Gatra.com - Kelompok Mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Antirasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme melakukan aksi di depan Mabes AD. Kemudian berlanjut ke depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Aksi ini merespon insiden penangkapan Mahasiswa Papua di Surabaya, Jawa Timur akibat melecehkan bendera merah putih. Ini dilakukan berlandaskan rasa sakit hati akibat diskriminasi rasial dan makian yang kerap dilakukan masyarakat terhadap orang Papua. Massa aksi menentang diskriminasi ras yang dirasakan.
"Kita minta monyet-monyet dilepaskan dari Indonesia. Kami tidak mau hidup dengan orang yang rasis. Kami tidak mau hidup dengan orang yang menebar kebencian," teriaknya.
Beberapa ujaran kegeraman ditunjukkan massa aksi terhadap perlakuan rasis. Koordinator lapangan aksi Albert Mungguar menjelaskan, masyarakat Papua sangat sakit hati dengan diskriminasi rasial yang kerap dilakukan oleh masyarakat. Bahkan sempat ada pernyataan Wakil Wali Kota Malang yang sempat mengucapkan, akan memulangkan mahasiswa Papua yang tengah studi di wilayahnya.
"Yang paling menyakitkan, kami dihina, kami dibilang monyet dan diminta diusir dari Tanah Jawa," ucap Albert di depan Mabes AD, Jakarta Pusat, Kamis (22/8).
Maka dari itu, mahasiswa menuntut kemerdekaan masyarakat Papua dari Indonesia. Menurut mereka, referendum untuk kemerdekaan adalah solusi paling demokratis.
"Kalau mengusir kami ke Tanah Papua, maka NKRI harus keluar dari tanah Papua Barat. Sebagai solusi paling demokratis. Mengutip pernyataan Lukas Enembe Gubernur Papua, saya sudah bosan dengan negara ini. Maka kami orang Papua menunutut hari kemerdekaan kami diakui, tanggal 1 Desember 1961 diakui oleh negara ini," ucap Albert.
Diketahui, massa Mahasiswa Papua yang hadir dalam aksi berasal dari Bogor, Tangerang, Jakarta Timur, Jakarta Selatan. Albert Mungguar menjelaskan untuk hari ini kemungkinan massa yang hadir ada 500 orang. "Saya tidak bisa prediski kalau dilihat-lihat 500-600 orang," katanya.