Jakarta, Gatra.com - Beberapa tahun terakhir, ajang lari di Indonesia menjadi tren dengan jumlah peserta yang terus meningkat. Namun, peningkatan tersebut tidak berbanding lurus dengan kematian saat berlari.
Melihat fakta tersebut, dalam rangka Dies Natalis ke-69, Ikatan Lulusan Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (ILUNI FKUI) menggelar KedokteRAN2019, ajang lari untuk keluarga besar FKUI serta komunitas pada 17 November 2019 di Rumah Sakit Universitas Indonesia, Depok.
"Ajang ini juga memberikan edukasi untuk meluruskan hoaks kesehatan terkait olahraga lari. Sekaligus menginformasikan risiko saat yang lari yang berpotensi menimbulkan cedera, bahkan kematian mendadak" kata Ketua Pelaksana KedokteRAN2019, dr. Jack Pradono Handojo, MHA di FKUI, Jakarta Pusat, Rabu (21/8).
Baca Juga: Gawat! Polusi Udara Bisa Memicu Gangguan Mental
Seringkali, kasus kematian mendadak yang terjadi saat ajang lari diduga akibat dari penanganan yang tidak benar dan dipicu oleh hoaks. Informasi hoaks mengenai kesehatan yang keliru dapat berakibat fatal karena belum terbukti secara medis.
"Salah satu contoh hoaks misalnya, ada larangan minum selama berlari agar tidak muntah. Faktanya, aktivitas lari membuat tubuh berkeringat sebagai tanda otot yang sedang bekerja. Sehingga, tubuh harus tetap terhidrasi agar terhindar dari potensi sengatan tinggi (heat stroke)," tegas dokter Jack.
Baca Juga: Jangan Remehkan Kram Kaki, Bisa Jadi Tanda Penyakit Liver
Dekan FKUI, Prof. Dr.dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH pun menambahkan, bahwa harapannya agar ajang lari ini dapat memberikan teladan dalam gaya hidup yang sehat di masyarakat. Terlebih lagi sebagai upaya pencegahan penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia yang pertumbuhannya juga semakin meningkat.