Home Gaya Hidup Kisah Para Tunanetra Mandiri, Omset Bisnis Capai 100 Juta Per Bulan

Kisah Para Tunanetra Mandiri, Omset Bisnis Capai 100 Juta Per Bulan

Jakarta, Gatra.com - Menyandang tunanetra tidak menjadi hambatan bagi para anggota Perhimpunan Tunanetra Indonesia (Pertuni) untuk bisa mandiri dan berdaya bahkan memberdayakan penyandang tunanetra lainnya.

Adalah Fitri Nugrahaningrum, S.Pd, M.SI dari Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (NTB), bisa memberdayakan puluhan tunanetra pada bisnis mutiara dan suvenir yang dikelolanya. Bisnis Fitri bisa mencapai omset pada kisaran Rp100-120 juta setiap bulannya.

Bahkan, produk berupa songkok dan peci yang ia dan para penyandang tunanetra kerjakan bisa menembus pasar ekspor hingga ke Brunei Darussalam dan Arab Saudi. Karena inspirasi dan semangatnya untuk memberdayakan para tunanetra ini, Fitri mendapatkan amanah sebagai Ketua DPD Pertuni NTB.

Selain itu, lulusan Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta ini juga aktif dalam asosiasi dan komunitas pengusaha bersama para pengusaha lain seperti di Komunitas Tangan di Atas.

"Jangan santuni kami, tapi santunkan kami agar bisa terlibat di ranah kehidupan bermasyarakat," ujar Fitri di hadapan 500 lebih tunanetra yang hadir dalam Rakornas Pertuni di Hotel Mega Anggrek, Jakarta Barat, Rabu (21/8).

Selain Fitri, ada juga Aryani Sri Ramadhani yang sukses merintis bisnis ayam geprek di garasi rumahnya. Dari bisnis kuliner rumahan itu, Aryani bisa meraup keuntungan bersih sebesar Rp12 juta per bulan.

"Motivasi saya berwirausaha karena kebutuhan tunanetra lebih tinggi ketimbang teman-teman normal, kerjaan kantor kurang cocok secara penghasilan akhirnya berwirausaha," ujar Aryani.

Sembari menjalankan bisnis bersama empat karyawannya, Aryani juga tengah menyelesaikan studi sarjananya di Universitas Pamulang dengan beasiswa penuh dari Pertuni.

Ada juga Agus Palsa dari Sumatera Selatan. Ia mengelola sebuah panti pijat Pertuni Jaya dengan 67 karyawan yang terdiri dari 62 masseur dan 5 karyawan.

Dari bisnis panti pijat yang berdiri sejak 1988 itu, setiap hari setidaknya datang 50 orang untuk pijat di panti pijat Pertuni Jaya.

"Per bulan menghasilkan bersih Rp24-30 juta per bulan, juga bisa jadi pemasukan kas bagi DPD Pertuni Sumsel," kata Agus.

Tak hanya Agus, ada pula Sumadi, seorang tukang pijat tunanetra yang diberi penghargaan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai mitra gojek teladan.

Sebagai pemijat tunanetra, di platform pijat gojek yakni Go-Massage, Sumadi bisa bersaing dengan pemijat normal lain dan mendapat kepercayaan dari pelanggan.

"Awal mulanya customer order tidak tahu bahwa yang mengambil orderan tunanetra, itu tantangan, harus bisa membuktikan meskipun tunanetra, dengan teknik dan penampilan yang mendukung. Kalau teknik bagus penampilan tidak bagus orang tidak akan memanggil lagi," kata Sumadi.

Para tunanetra mandiri ini dijadikan percontohan oleh PERTUNI agar bisa memberikan inspirasi dan pelatihan kewirausahaan kepada para tunanetra anggota PERTUNI.

1093

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR