Sleman, Gatra.com - Presiden Joko Widodo menyatakan akan fokus membangun sumber daya manusia (SDM) di periode kedua. Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Mudrajad Kuncoro memberi perhatian sejumlah sektor yang SDM-nya harus dibenahi Jokowi.
Mudrajad menyebut kualitas SDM Indonesia di luar negeri, kalangan bawah seperti petani dan nelayan, juga aparat sipil negara harus diperbaiki. Menurut dia, ujung tombak Indonesia luar negeri adalah staf diplomat termasuk personel Indonesia Promotion Trade Center (IPTC).
Mudrajad, yang telah mengunjungi sejumlah IPTC, melihat sentra promosi RI di mancanegara itu tidak mempresentasikan produk unggulan Indonesia dan melibatkan pemda untuk suplai produk unggulan. Padahal mereka berperan penting memasarkan produk Indonesia ke dunia.
“Isinya IPTC sisa pameran yang enggak laku. SDM-nya orang tua yang mau pensiun. Seharusnya diisi anak muda trengginas dan jeli melihat pasar. IPTC mestinya menjadi market intelligence. Atase (kedutaan) jadi mata telinga kita di luar negeri,” ujar Mudrajad kepada Gatra.com, di kampus UGM, Sleman, Senin (19/8).
Baca Juga: 74 Tahun Merdeka, Jokowi Ingin SDM Indonesia Unggul
Mudrajad menjelaskan, saat ini lebih dari separo SDM kita masih tamatan SD dan SMP. Anggaran pendidikan 20% APBN tak efisien karena tak semata dialokasikan ke Kementerian Pendidikan, melainkan mengalir ke semua kementerian, termasuk lembaga penelitian dan pengembangan (litbang) di kementerian itu.
“Litbang ini di sini justru menjadi bagian orang ‘buangan’. Padahal di banyak negara badan litbang menjadi ujung tombak inovasi. Inovasi ini harus fokus ke produk unggulan, industrikreatif, dan ikon Indonesia di luar negeri,” ujar dia.
Menurutnya, SDM aparatur sipil negara juga harus diefisienkan. Rencana kerja di rumah, misalnya, bisa diakomodasi, sepanjang ASN itu tetap produktif.
“Tak masalah kerja di rumah, lihat dulu jenis ASN-nya. Kalau dosen amat memungkinkan karena setelah mengajar, dia bisa meneliti dan mengabdi masyarakat seperti membantu desa miskin di sekitarnya,” kata dia.
Baca Juga: Permainan Peran Jokowi dan Megawati di Pidato Kongres PDIP
Mudrajad menjelaskan, Indonesia tengah mengalami transformasi struktural dari pertanian ke industri manufaktur. Pada masa awal periode Presiden Soeharto, sektor pertanian menyumbang ekonomi hingga 51%, namun sekarang tinggal 13-14%. “Kita bukan lagi negara agraris,” ujar dia.
Namun angkatan kerja di bidang pertanian justru besar, 29%. Angka ini ‘njomplang’ dengan angkatan kerja sektor manufaktur, yakni 13-14%. “Kontribusi pertanian ke PDB terus turun tapi menyerap tenaga kerja banyak, yakni buruh tani dan petani gurem,” kata dia.
Jika kini fokusnya ke SDM, Mudrajad pun mempertanyakan sanggupkah pemerintah mendongkrak kualitas SDM petani gurem dan buruh tani. Selain mereka, kalangan nelayan juga harus ditingkatkan kualitas SDM-nya, terutama dalam mengolah produk laut potensial di daerah terdepan.
“Kehadiran negara belum terlihat di sejumlah titik-titik potensi laut, seperti rumput kaut. Kawasan 3T punya potensi besar tapi kurang diperhatikan. Penyumbang terbesar rumput laut di Nunukan (Kalimantan Utara) dan NTT, misalnya, keduanya masih jadi daerah tertinggal,” katanya.