Jakarta, Gatra.com - Polri menyebut kerusuhan di Fakfak, Papua Barat, dipicu oleh provokasi sekelompok masa dengan menggunakan simbol tertentu. Aparat dilaporkan telah mengamankan simbol itu.
"Ssegelintir orang mencoba memprovokasi masyarakat, itu sedang diidentifikasi. Untuk simbol-simbolnya sudah diamankan oleh aparat kepolisian," ujar Karopenmas Humas Polri, Brigjen Pol Dedi Prasetyo di GrandKemang, Rabu (21/8).
Dedi enggan menjelaskan simbol pemicu kerusuhan yang dimaksud. Beredar kabar simbol tersebut adalah bintang kejora yang dikibarkan kelompok massa.
Dedi memaparkan masyarakat Fakfak terpecah menjadi dua kelompok karena provokasi tersebut. Kelompok pertama mencoba mengagitasi situasi dan kelompok kedua tidak setuju oleh tindakan kelompok pertama.
Dedi menegaskan, Polri masih menyelidiki bentrok yang terjadi itu. "Khusus Fakfak apabila ditemukan ada perbuatan melawan hukum, maka akan dilakukan penegakan hukum," ujar Dedi.
Sebelumnya, kerusuhan sempat terjadi di Fakfak pagi tadi, sekitar pukul 07.00 WIT atau 09.00 WIB. Kapolres Fakfak AKBP Deddy Foures Millewa sempat menyebut, kerusuhan itu diduga dipicu oleh massa pro-Papua merdeka yang mengibarkan bendera lambang bintang kejora dan membakar pasar.
Masyarakat yang berada di pasar, merasa sentra ekonominya terganggu, langsung bentrok dengan tindakan kelompok yang diduga dari Organisasi Papua Merdeka (OPM) itu.
Beberapa kelompok mencoba menengahi, namun tidak berhasil. Di tengah aksi itu, ada beberapa orang dari OPM yang mengibarkan bendera bintang kejora di Kantor Dewan Adat. Melihat itu, masyarakat pun turun gunung.
Alhasil, bentrokan kedua terjadi. Satu sisi, masyarakat geram lantaran Fakfak dinilai sebagai kota perjuangan yang menyatukan Papua. Namun satu sisi, OPM bertekad lebih baik mati dalam keadaan mengibarkan bendera tersebut.
Emosi masyarakat semakin tersulut saat melihat Bupati Fakfak memegang bendera bintang kejora. Padahal, kehadiran Bupati itu untuk menengahi keduanya.