Gunungkidul, Gatra.com - Populernya lagu berjudul 'Banyu Langit' karya Didi Kempot berdampak pada objek wisata gunung api purba Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul. Karena semakin terkenal, jumlah pengunjung ke situs geopark itu pun bertambah.
Heru Purwanto, dari Bidang Pemasaran Pokdarwis Gunung Api Purba Nglanggeran, merasakan dampak positif lagu tersebut. "Sejak tiga tahun terakhir ini kami merasakan kunjungan wisata bertambah karena lagu 'Banyu Langit'," kata Heru saat ditemui di Nglanggeran, Senin (19/8).
Ia mengetahui dampak lagu itu ketika berbincang dengan wisatawan. Bahkan, kata Heru, ada wisatawan yang bercerita tak mengetahui objek wisata gunung api purba hingga tenarnya lagu pop Jawa itu.
Baca Juga: Kenduri di Gunung Api Purba, Turis Ikut Pesta Ingkung
"Ada juga yang tahu gunung api purba Nglanggeran karena lagu tersebut. Ada juga beberapa wisatawan datang ingin tahu apa sesuai yang dinyanyikan Didi Kempot," katanya.
Ia tak menyebut jumlah wisatawan yang datang ke Nglanggeran karena lagu 'Banyu Langit'. Namun kebanyakan turis yang datang di akhir pekan atau hari libur menyampaikan kunjungan mereka karena tembang cinta tersebut.
"Biasanya dari daerah Jawa Timur. Rata-rata usia remaja sampai orangtua. Ada yang naik ke gunung api purba dan ada yang ke embung, melihat gunung dari sana," katanya.
Lirik lagu Didi Kempot itu memang menyebut gunung api purba Nglanggeran dan hawa dingin yang dirasakan saat berada di salah satu situs geopark Gunug Sewu tersebut.
Baca Juga: Didi Kempot Ciptakan 700 Lagu, Tema Patah Hati Lebih Disukai
Heru mengatakan, suasana dingin di Nglanggeran akan lebih nikmat dirasakan sambil mencicipi minuman coklat. Minuman ini diproduksi dari tanaman kakao di perkebunan Desa Nglanggeran.
"Menikmati minuman coklat hangat bisa di BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) LIPI di dekat Nglanggeran atau bisa juga di Griya Coklat, Desa Nglanggeran," ucap dia, mempromosikan produk khas desa itu.
Koordinator pengolahan cokelat di BPTP Nglanggeran, Tutik Handayani, mengatakan, pabrik cokelat ini sudah berjalan empat tahun. Pabrik ini mengolah buah kakao hasil perkebunan di Kecamatan Patuk. "Per hari 5 - 8 kilogram kakao kering, beli dari warga," katanya.
Setiap dua kilogram kakao kering bisa menghasilkan 40 dus minuman cokelat. Satu dus minuman itu dijual kisaran Rp15 ribu. Selain disediakan di BPTP,, minuman cokelat ini juga dijual di toko daerah Sambipitu, Patuk. "Selain minuman, ada bubuk cokelat, permen, dan camilan cokelat," ucapnya.