Bandung, Gatra.com - Memamerkan hasil karya tidak melulu harus di sebuah galeri besar dengan kesan ekslusif. Memanfaatkan ruang publik untuk berkarya juga sangat memungkinkan, seperti yang dilakukan oleh ke 12 fotografer asal Bandung, yang tergabung dalam Sub-Unit Photo Speak.
Berawal dari obrolan sederhana di sebuah warung kopi, Sub-Unit Photo Speak kemudian menggelar pameran foto di reruntuhan rumah, korban penggusuran di Taman Sari, Bandung. Lokasi tersebut kini dimanfaatkan sebagai ruang publik oleh masyarakat sekitar.
Menurut Sutanto, salah satu artis yang turut memamerkan karyanya, pameran foto bertajuk Egalite itu merupakan pameran gabungan pertama dari alumni Photo Speak. Ini merupakan organisasi foto di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.
Baca Juga: Belum Resmi Buka, Taman Asia Afrika Sudah Dapat Diakses
"Dulu sempat pameran bersama di kampus. Tapi sekarang karena masing-masing sudah bekerja, jadi mengumpulkan kembali karya untuk dipamerkan," katanya kepada Gatra.com di Bandung, Senin (19/8). Tema yang diambil pun disesuaikan dengan hari kemerdekaan Negara Indonesia.
Menurut Tanto, kesetaraan menjadi isu yang seharusnya mendukung kemerdekaan. Lewat karya foto bercerita, Sub-Unit Photo Speak berusaha merefleksikan konsep kesetaraan tersebut. "Karena ternyata ada kontradiksi dengan realisasi saat ini," imbuhnya.
Urusan pemilihan tempat juga menurut Tanto berkaitan dengan konsep. Lantaran sampai saat ini, warga Taman Sari, khususnya RW 11, Kelurahan Taman Sari, Kota Bandung masih memperjuangankan hak hidupnya. Mempertahankan rumah yang sebagian sudah dirubuhkan setelah bersengketa dengan Pemerintah Kota Bandung.
Baca Juga: Festival Lampu Hias Buat Monas Menyala di Malam Hari
Alasan lainnya, pameran foto tersebut digelar demi menyingkirkan image tentang pameran ekslusif di galeri besar. Sampai saat ini, banyak orang yang terkendala dengan budget ketika ingin menggelar pameran. Salah satunya adalah biaya untuk menyewa tempat.
"Di sini, gratis. Semua orang bisa melihat karya kami sesuka hati," ujarnya. Tanto juga mengaku, biaya yang dikeluarkan tidak banyak. Semua yang menggelar pameran hanya mengeluarkan biaya untuk cetak foto sendiri. Plus patungan untuk pengeluaran lain di luar cetak foto.
"Intinya, kami hanya ingin menghidupkan kembali semangat fotografi di Bandung. Dan ini bisa jadi contoh pameran sederhana," pungkasnya.
Selain pameran foto yang digelar sejak Sabtu (17/8) hingga akhir Agustus (31/8) nanti, Sub-Unit Photo Speak juga menggelar diskusi ringan bersama 12 peserta pameran. Serta diskusi bertema "Kemana Arah Fotografi Kita" dan nonton bareng film dokumenter 'Halo-Halo Bandung' dan Famulus.