Jakarta, Gatra.com – Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Perindustrian, Johny Darmawan, meminta pemerintah untuk terus mengembangkan industri kimia yang berbasis metanol. Hal itu karena kebutuhan metanol untuk industri di Indonesia setiap tahun meningkat.
“Kebutuhan metanol di Indonesia semakin meningkat tiap tahunnya. Bahkan, di tahun 2021, diprediksi akan meningkat sampai 900 ribu ton/tahun. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih mengembangkan industri kimia berbasis metanol di Indonesia,” kata Johny dalam acara focus group discussion (FGD) bertema ‘Mendorong Pertumbuhan Industri Berbasis Metanol’, di Menara Kadin, Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (19/8).
Lebih lanjut, Johny mengatakan, meskipun kebutuhan industri Indonesia akan metanol terus meningkat, tapi suplai produksi dalam negeri tidak mencukupi. Bahkan, saat ini saja, produksi metanol dari dalam negeri hanya sebesar 350 ribu ton/ tahun.
Jika kondisi itu terus berlanjut, angka ekspor Indonesia untuk metahol juga akan semakin besar. Sehingga, industri kimia hilir Indonesia tidak akan menjadi sustainable industry dan semakin sulit bersaing dengan industri metanol di dunia.
“Kita lebih banyak ekspor, padahal bisa produksi sendiri. Ini akan membuat industri kimia kita susah bersaing di pasar internasional. Tidak akan jadi industri yang sustainable,” kata Johny.
Metanol banyak digunakan sebagai bahan baku industri asam asetat, polifinil, poliester, resin sintetis, farmasi, dan sebagainya. Tidak hanya itu, bahan bakar B20 yang digadang-gadang oleh pemerintah pun juga dibuat dari salah satunya adalah metanol.
“Sekarang ada B20, yang dibuat dari sawit dan metanol. Nah, kalau ke depannya bakal ada B30 dan B100, kebutuhan metanol juga akan semakin besar. Kalau industri metanol ini tidak ditingkatkan, akan dengan cara apa kita memenuhi kebutuhan itu?” kata Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Industri Kimia dan Petrokimia, Achmad Widjadja.