Solo, Gatra.com– Lalu Muhammad Zohri adalah pelari yang telah mengharumkan nama bangsa dengan segudang prestasinya. Namun siapa sangka, Zohri yang berprestasi di cabang atletik ini awalnya menyukai olahraga lain.
”Dulu saya sukanya sepakbola. Sampai kelas 1 SMP saya masih sering main sepak bola,” ucap Zohri saat mengisi seminar dengan tema 'Pancasila Sebagai Platform Pembangunan Manusia dan Kebudayaan' yang gelaran Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di Fakultas Keolahragaan Universitas Sebelas Maret (UNS), Senin (19/8).
Saat duduk di kelas 2 SMP, Zohri ditawari guru olahraganya untuk menekuni cabang olahraga atletik. Namun saat itu dia belum tertarik.
”Sampai kelas 3 SMP, saya sudah tidak boleh main bola lagi. Apalagi nilai saya jelek. Guru olahraga saya meminta agar tetap masuk cabang olahraga atletik. Beliau bahkan menjamin nilai saya jadi bagus kalau masuk atletik. Akhirnya saya mencoba,” ucap Zohri diiringi tawa oleh peserta acara yang mayoritas mahasiswa baru.
Zohri merupakan mahasiswa tahun pertama di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Mataram jurusan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK). Di hadapan mahasiswa seangkatan, dia berpesan agar jangan menyerah mencapai cita-cita. Sebab cita-cita menjadi kunci dan semangat meraih kesuksesan.
”Kalau dalam bidang saya, lari, waktu 10 detik itu bisa mengubah segalanya. Makanya dalam segala hal apapun harus diiringi dengan usaha keras dan berdoa. Kita harus berupaya maksimal. Barulah nanti Tuhan yang menentukan,” ucap Zohri.
Pesan persatuan juga disisipkan pemuda yatim piatu ini. Dia mengutip salah satu ujaran Bapak Bangsa, Soekarno.
”Kalau kita ingin menang, kita harus kuat. Kalau kita ingin kuat, kita harus bersatu. Kalau kita ingin bersatu, kita harus perbanyak silaturahmi,” ucap Zohri diiringi tepuk tangan hadirin.
Dalam kesempatan ini hadir pula petinju juara dunia, Tibo Monabesa. Petinju kelas terbang versi International Boxing Organization (IBO) ini menyemangati mahasiswa agar berjuang mengharumkan nama bangsa di bidang apapun.
”(Penghargaan) ini sudah menjadi yang ketujuh bagi saya. Dan saya merasa harus tetap punya tanggung jawab untuk bangsa Indonesia. Kalau umur saya 35 tahun atau bahkan 40 tahun tapi masih kuat bertanding, saya masih akan tetap berkarir. Bagaimanapun ini untuk Indonesia,” ujarnya.