Home Gaya Hidup Paperka Sempat Jadi Isu Nasional Di Kantor Bea Cukai

Paperka Sempat Jadi Isu Nasional Di Kantor Bea Cukai

 

Bandung, Gatra.com - Paperka atau Paguyuban Perokok Kawung menggegerkan pelaku industri tembakau. Founder-nya, Nedi Sopian sempat menjadi target operasi cukai.

Nedi berujar, sudah mendapatkan informasi bahwa kantor pajak mencari Paperka. Kemudian, beberapa bungkus tembakau yang diedarkan melalui jaringannya, ditarik dari peredaran.

"Saya kan cuma desainer, jualan tembakau ya saya mana mengerti soal cukai," katanya, Sabtu (17/8). Ucapan itu, akhirnya ia sampaikan kepada pegawai Bea Cukai.

Tiga bulan sejak memasarkan tembakau iris beraneka rasa, Nedi mengatakan, permintaan tembakau racikannya meningkat. Awalnya, hanya memproduksi 500 gram. Beberapa hari selanjutnya, meningkat sampai lima kilogram tembakau untuk lima rasa.

Mendengar kabar rumahnya akan digrebeg, Nedi berinisiatif mendatangi kantor Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean A Bandung. Ia beralasan akan berkonsultasi.

"Ternyata udah kayak di film. Mereka menyimpan foto saya. Lengkap sama jaringannya, terus ditanya-tanya. Kata mereka, Paperka sudah jadi isu nasional," ucapnya.

Intimidasi dari para pegawai Bea Cukai tidak menyurutkan Nedi. Akhirnya mereka membicarakan Paperka. Sejak itu, Nedi menyertakan pita cukai pada kemasan Paperka.

Bahkan, menurut Nedi, Bea Cukai malah memajang Paperka sebagai contoh untuk industri rokok lainnya, karena saat ini belum ada industri rokok yang melakukan inovasi.

"Saya heran, kenapa produsen tembakau takut sama cukai, padahal tinggal diajak ngobrol aja," imbuhnya.

Apabila dibandingkan tembakau kemasan lain, Nedi memiliki pita cukai termahal. Untuk kemasan 50 gram, dia menyertakan pita senilai Rp25 ribu. Pita tersebut dibubuhi lembaran serupa materai dengan harga Rp1500 per lembar. Dalam satu lembar terdapat 56 pita.

"Dulu belinya hanya 50 lembar seminggu, sekarang 300 lembar per bulan," katanya.

Sampai saat ini, Paperka sudah masuk ke beberapa daerah di Indonesia seperti di Samarinda, Jogkakarta, Bali, Balikpapan, Lampung, sampai Jakarta.

 

2800