Jakarta, Gatra.com- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan mengoperasikan teknologi modifikasi cuaca (TMC), untuk menurunkan hujan. Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT, Tri Handoko Seto mengatakan, hal ini guna mengatasi masalah kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan kekeringan.
“Ketika musim kemarau, awan biasanya tumbuh secara sporadic, baik temporal maupun perlokasi. Untuk itu, disiagakan beberapa posko di titik strategis, untuk percepatan penyemaian awan,” katanya, melalui rilis yang diterima Gatra.com, Minggu (18/8).
Menurutnya, mengamati sifat pertumbuhan awan di musim kemarau, TMC harus disiagakan di beberapa titik. Caranya melalui bantuan armada pesawat.
Tri Handoko Seto mencontohkan, penanganan karhutla di Riau masih berjalan hingga saat ini. BBTMC BPPT membangun satu posko di Pekanbaru dengan dilengkapi pesawat CASA 212 yang memiliki daya jangkau hanya di Provinsi Riau saja.
“Memasuki minggu kedua Agustus pertumbuhan awan di Riau cukup baik. Data laporan TMC di Riau pada 13 hingga 16 Agustus 2019, mampu menjatuhkan air hujan hingga mencapai 47,7 juta M3,” ujarnya.
Memasuki akhir September, potensi awan TMC akan semakin meningkat. Peneliti Madya BBTMC-BPPT, Jon Arifian mengatakan, perlu tambahan posko dan pesawat untuk mengefektifkan pelaksanaan TMC. Diharapkan, dapat mempercepat penyelesaian masalah karhutla dan kekeringan tahun ini.
Solusi selanjutnya, Kepala BPPT Hammam Riza menyarankan, semestinya TMC dilaksanakan secara masif sejak awal tahun. Seluruh wilayah di Indonesia diperkirakan terjadi kekeringan dan karhutla. Oleh karena itu, semua waduk harus terisi penuh. Selain itu, lahan gambut perlu tergenang air.
“Perlu tambahan armada pesawat untuk pelaksanaan TMC di Indonesia. [Ini] agar bencana hidrometeorologi, terutama kekeringan dan karhutla bisa diantisipasi. Lebih awal untuk strategi preventif,” tuturnya.