Jakarta, Gatra.com - Aksi unjuk rasa di Hong Kong belum usai. Seperti dikutip dari Reuters, Minggu (18/8), lebih dari seribu guru di Hong Kong ikut berdemo di tengah hujan deras untuk menolak rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi pada hari Sabtu (17/8) lalu.
Demonstrasi ini membuat kota menjadi kacau. Pihak kepolisian yang berjaga berada di barikade dan mengamankan sejumlah bandara serta kantor pemerintahan.
Selama seminggu terakhir, para demonstran semakin frustrasi mereka terhadap polisi yang langsung berhadapan dengan pendemo.
“Pemerintah telah mengabaikan kami selama berbulan-bulan. Kita harus terus berdemonstrasi, ”kata seorang guru Matematika, CS Chan di Kowloon, Hong Kong.
Demonstran memerangi peraturan satu negara yang memiliki dua sistem. Kerusuhan dimulai pada bulan Juni akibat RUU ekstradisi. Ini berdampak pada perekonomian.
Dalam demo ini, terdapat dua kubu, yakni demonstran antipemerintah dan propolisi. Seorang pria bernama Michael Law yang berpihak kepada polisi mengungkapkan, ia tidak senang dengan adanya aksi unjuk rasa yang membuat Hong Kong terpuruk.
"Saya patah hati melihat kota itu terbelah seperti ini. Apa yang dilakukan oleh para pengunjuk rasa yang kejam tidak menunjukkan rasa hormat terhadap aturan hukum Hong Kong," kata dia.