Banyumas, Gatra.com - Seluruh elemen masyarakat tentu menggelar sejumlah perlombaan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Tak terkecuali warga Desa Kemutug Lor, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Tapi tahun ini, mereka mendapat tamu istimewa pada peringatan HUT RI ke-74. Sepuluh orang bule ikut bergabung dalam lomba tangkap lele di desa setempat. Mereka adalah warga negara Belgia yang sedang berlibur dan menginap di Homestay Santos Baturraden.
Pimpinan rombongan itu, Lyne Dumoulin (24) mengaku sangat berkesan mengikuti perlombaan tersebut. Sebab, hal ini merupakan pengalaman pertamanya.
"Saya sangat suka berpetualang bersama teman, seperti ini. Memang terasa aneh, tetapi asik, dan sedikit kotor," ujar Lyne dalam bahasa Inggris, di Banyumas, Sabtu (17/8).
Menurut dia, saat perayaan Hari Kemerdekaan, Negara asalnya tak pernah menggelar lomba seperti menangkap ikan lele. Oleh karena itu, acara semacam ini sangat unik dan mengesankan.
Lyne menuturkan, dia dan 9 temannya telah tinggal selama dua pekan di Banyumas. Mereka rata-rata masih berusia 18-19 tahun serta berstatus sebagai pelajar setara SMA.
Salah satu panitia lomba, Sutriani mengatakan, acara tersebut sengaja diadakan dengan melibatkan turis. Sebab, warga sepakat untuk memberikan kesan tersendiri kepada para tamu asing tersebut.
"Kami ingin memperingati hari 17 Agustus dengan cara yang berbeda, lebih berkesan dan lebih meriah dari tahun sebelumnya," katanya.
Dia mengaku, lomba tangkap lele ini kerap digelar di desanya. Meski demikian, baru kali ini mereka melibatkan wisatawan untuk ikut pada perlombaan tersebut.
"Kebetulan para bule sudah biasa datang berwisata ke Desa Kemutug Lor untuk berpiknik. Selain itu lokasi kolam lele sebagai tempat perlombaan, dekat dengan home stay tempat bule itu tinggal," ucapnya.
Pengelola Homestay Santos, Tekad Santoso mengatakan, kegiatan semacam ini menunjukkan desa wisata di lereng Gunung Slamet tersebut tetap aman dikunjungi wisatawan. Meskipun status gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa tersebut naik dari Normal menjadi Waspada.
"Aktivitas Gunung Slamet ini tak terlalu berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan. Para bule ini justru merasa nyaman tinggal di tengah masyarakat," tuturnya.