Bandung, Gatra.com - Warga Jawa Barat, Nedi Sopian mampu mengolah rasa tembakau iris menjadi beragam. Ide ini berasal dari image tembakau linting yang identik dengan orang tua. Ia ingin mengubah persepsi tersebut.
Nedi mengawali usahanya sekitar tiga tahun lalu. Saat itu, dia bosan dengan fenomena Vape. Sebagian besar anak muda menggunakannya, menghisap alat dan mengeluarkan asap dengan aneka aroma.
Kebetulan, Nedi merupakan penikmat tembakau murni. Dia melinting tembakau dengan kertas. Kebiasaan itu kerap dianggap kolot oleh rekannya.
"Biarin aja, terserah mereka," katanya kepada Gatra.com, Sabtu (17/8). Personel grup band asal Bandung, PHB (Pemuda Harapan Bangsa) itu kemudian memikirkan cara untuk mengubah pandangan orang terhadap tembakau linting.
Setelah melakukan riset kecil di Desa Adat Kasepuhan Ciptagelar, Nedi mengamati, hampir 85% warganya, muda dan tua merupakan penikmat tembakau. Rokok itu dibungkus daun kawung atau daun aren sebagai pengganti kertas.
"Hasil riset waktu itu, menurut warga Kasepuhan Ciptagelar, kawung merupakan obat asma jika dibakar dan dihisap. Sementara kawung dan tembakau jika dihisap jadi obat jantung," katanya.
Selain itu, lanjut Nedi, menurut pengakuan warga Kasepuhan Ciptagelar, tidak pernah ada warga meninggal akibat penyakit jantung, kanker paru-paru, dan penyakit lain berkaitan dengan bahaya rokok.
Kembali ke Bandung, lelaki kelahiran 42 tahun lalu itu memulai usahanya dengan memasarkan tembakau berinovasi. Ia mengemas tembakau dengan selera anak muda.
"Kebetulan, latar belakang saya kan desain grafis. Jadi saya mendesain kemasan yang kira-kira disukai anak muda," katanya.
Hasilnya, tembakau olahan Nedi yang diberi nama Paperka (Paguyuban Perokok Kawung) mulai diminati warga kota besar di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga ke Bali.