Jakarta, Gatra.com - Tiga siswa penemu obat kanker payudara dari akar tanaman bajakah, Aysa Aurelya Maharani, Yazid dan Angina Rafitri meminta masyarakat untuk tidak mengeksploitasi tanaman asli Kalimantan itu.
“Kita minta kepada masyarakat untuk tidak melakukan eksploitasi pada tanaman bajakah. Karena tanaman itu termasuk tanaman langka. Kami saja sudah sangat susah mencarinya di hutan-hutan di Kalimantan,” kata Aysa saat ditemui di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/8).
Permintaan itu mereka sampaikan seiring banyaknya masyarakat yang mencari keberadaan tanaman bajakah, baik itu dengan membeli dari orang-orang di Kalimantan atau mencarinya sendiri di hutan. Sehingga, dikhawatirkan nantinya tanaman bajakah akan semakin langka bahkan dapat mengalami kepunahan.
Baca Juga: Bayi Tabung Salah Sperma, Dipergoki setelah 24 Tahun!
Padahal, menurut Aysa, Yazid dan Anggina, tidak semua tanaman bajakah dapat dijadikan obat kanker payudara. Kata Anggina, hanya jenis-jenis tertentu dari tanaman bajakah saja yang memiliki khasiat untuk menyembuhkan kanker payudara.
Sedangkan sisanya biasa digunakan oleh suku Dayak atau masyarakat Kalimantan umumnya sebagai racun untuk menangkap ikan.
“Kita tidak bisa menjelaskan jenis apa yang kami gunakan, tapi tidak semua akar bajakah bisa dipakai untuk menyembuhkan kanker. Cuma jenis tertentu saja. Sisanya biasanya dipakai untuk menangkap ikan, digunakan sebagai racun ikan,” jelas siswa kelas XII MIPA di SMA N 2 Palangkaraya itu.
Selain itu, mereka juga menghimbau kepada masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi akar bajakah. Karena tidak semua jenis tanaman dapat dikonsumsi sebagai obat.
Baca Juga: Obat Kanker “Bajakah” Diduga juga Tumbuh di Hutan Jambi
Ketiga siswa peraih medali emas di ajang World Invention Creativity Olympic (WICO) itu belum menyebutkan jenis tanaman bajakah apa yang dapat digunakan sebagai obat penyembuh kanker.
“Hati-hati buat orang-orang yang mengkonsumsi akar bajakah, karena kita belum bisa menyebutkan dari jenis apa yang bisa dijadikan obat,” tutur Anggina.