Semarang, Gatra.com-Bangsa Tiongkok dan India telah bergerak menuju bulan, bangsa Amerika telah bersiap membangun perumahan di Mars.
Meski saat ini Indonesia belum mampu, tapi jangan biarkan anak-anak bangsa hanya jadi penonton atas keberhasilan bangsa lain.
Demikian dikatakan Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo pada amanat selaku inpektur upacara peringatan HUT ke-74 Proklamasi Kemerdekaan RI di Lapangan Pancasila Simpanglima, Semarang, Sabtu (17/8).
Hadir dalam upacara tersebut Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI. Mochamad Effendi , Kapolda Jateng Irjen Pol. Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemprov Jateng, Sri Puryono, Ketua DPRD JAteng Rukma Setyabudi, para veteran, serta tamu undangan lainnya.
Agar tidak sekadar menjadi penonoton, menurut Ganjar, agar menyiapkan anak-anak bangsa dengan bekal ilmu pengetahuan dan semangat toleransi.
“Kitalah yang menanggung dosa besar jika anak-anak bangsa tertinggal, diremehkan, dan dilecehkan. Gold generation atau generasi emas harus benar-benar tercipta di tahun 2040 atau 20 tahun lagi,” katanya.
Untuk itu, Ganjar mengajak mulai sekarang segala daya upaya, tenaga, pikiran, jiwa dan raga dikerahkan untuk masa depan cemerlang anak-anak bangsa.
Mereka harus menjadi arus besar perubahan zaman yang meluncur ke Utara, ke seluruh bagian di penjuru dunia. Kaum muda jangan melempem berhadapan dengan bangsa lain dan jangan lembek ketika ada yang mengejek.
“Kepalkan tekadmu, bulatkan semangatmu. Kita rebut kembali kejayaan Majapahit, yang mampu ekspansi ke bagian bumi di Utara,” ujar Ganjar.
Dalam pidatonya, orang nomor satu di Jateng ini, meminta agar tidak ada lagi alasan untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Setelah masa perjuangan kemerdekaan, menurut Ganjar, sudah tidak ada lagi yang membedakan suku, agama ataupun ras karena semua warga sama di mata negara.
Para founding fathers atau bapak bangsa Indonesia telah memberikan contoh persatuan lewat laku dan tidak hanya digembar-gemborkan.
“Semestinya kita pun mewarisi semangat itu. Namun, kadang kita memupuk borok dalam dada, membuat terlena hingga dengan rasa tanpa dosa saling menghina dan mencerca, bahkan ada yang nekad hendak mengganti Pancasila,” ujarnya.
Menurut Ganjar, bangsa Indonesia diciptakan atas satu jalinan sebagai sapu lidi yang jika lepas ikatannya ambyar kebangsaan, ambyar negara, ambyar Indonesia Raya.
Sejarah telah mengikat kuat, perasaan senasib sepenanggungan telah menyatukan bangsa Indonesia, dan Pancasila telah mendasari sebagai bangsa dan negara yang besar.
“Yakinlah kecemerlangan bangsa Indonesia tidak akan lama lagi. Indonesia akan berjaya seribu windu lamanya, bahkan lebih,” katanya.