Solo, Gatra.com – Peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia pada Sabtu (17/8) digelar di berbagai penjuru daerah di Indonesia. Para alumni RSP Disabilitas Netra Bhakti Candrasa yang tergabung dalam Kelompok Paguyuban Masseur Tunanetra Sabtu Wage pun turut merayakan HUT ke-74 RI ini.
Para penyandang tunanetra ini menggelar upacara bendera bersama seluruh alumni dan didampingi oleh para petugas. Purwanto, Ketua Kelompok Paguyuban Masseur Tunanetra bertugas sebagai pembina upacara.
Layaknya upacara pada umumnya, upacara ini juga diikuti petugas upacara seperti komandan, tiga pengibar bendera, pembaca teks Pancasila, dan pembaca teks Proklamasi dan UUD 1945. Ada pula petugas pembaca teks Ikrar Disabilitas. Namun yang membedakan dari upacara kebanyakan, teks yang dibawa para petugas menggunakan tulisan Braille.
Baca Juga: Kisah Ayu, Difabel Mandiri Pelestari Wayang Sodo
Upacara dimulai saat komandan menyiapkan peserta upacara. Saat pembina upacara memasuki lapangan, peserta disiapkan dan diberi aba-aba untuk hormat pada pembina. Pengibaran bendera juga dilakukan oleh petugas difabel.
Dengan bantuan pendamping, tiga petugas penyandang low vision ditempatkan lurus sejajar dengan tiang bendera. Mereka lalu maju bersamaan atas aba-aba petugas pembawa bendera yang berdiri di tengah. Setelah berjalan ke depan sekitar 15 meter, mereka sampai di tiang bendera.
Dua petugas kanan dan kiri maju satu langkah, kemudian melepas tali yang terikat pada tiang. Setelah bendera siap, sedikit demi sedikit tali ditarik seirama dengan koor lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan paduan suara tak jauh dari tiang bendera. Sedikit demi sedikit bendera naik dan berkibar seirama dengan tiupan angin.
Usai pengibaran bendera, teks Pancasila dibacakan. Triyono, 32 tahun, bertugas membacakan teks Pancasila maju satu langkah dari barisannya. Pria yang penyandang buta permanen ini lantas membuka kertas berisi deretan huruf Braille. Dia membacakan teks Pancasila secara lantang dan lancar.
Upacara berlanjut dengan pembacaan teks Proklamasi, teks UUD 1945, dan Ikrar Disabilitas. Tiga petugas bagian ini tidak membaca, melainkan menghafal teks.
Baca Juga: Peringati Hari Difabel Internasional, Ini Aksi Komunitas Difabel Solo
Ketua Kelompok Paguyuban Masseur Tunanetra Sabtu Wage Purwanto bertindak sebagai pembina upacara. Ia mengatakan upacara ini baru pertama kali dilakukan.
Petugas upacara dan peserta merupakan alumni RSP Disabilitas Netra Bhakti Candrasa di Solo Raya. ”Ada 200 orang yang kami undang,” ucapnya. Namun peserta upacara hanya separuh dari undangan.
Untuk upacara ini, petugas menjalani latihan beberapa kali. Mereka yang menjadi petugas upacara juga didampingi pihak RSP Disabilitas Netra Bhakti Candrasa. Sebab mereka sudah lama lulus sekolah dan tidak mengikuti upacara bendera.
”Saya sendiri sudah lama tidak upacara. Tahun 1981 sudah lulus dari sini. Saya rasa adik-adik saya yang ikut di sini juga jarang ikut upacara,” ucapnya.