Hong Kong, Gatra.com - "Spiderman" Perancis Alain Robert memanjat gedung pencakar langit 68 lantai di Hong Kong untuk mengibarkan bendera yang melambangkan rekonsiliasi antara Cina dan Hong Kong. Ia melakukan aksi nekat itu pada Jumat (16/8) karena melihat gelombang aksi protes tidak kunjung mereda.
Reuters melaporkan Robert memanjat Cheung Kong Centre yang terletak di kawasan pusat bisnis dan mengibarkan spanduk besar di bagian luar gedung. Ia melakukan itu dengan menggunakan tangan kosong dan tanpa sabuk pengaman,
Tanda itu bergambar bendera Tiongkok di sudut kiri dengan bendera Hong Kong di sebelah kanan. Di bawahnya ada tangan kuning dengan tangan merah berjabatan dengan latar belakang putih yang menandakan perdamaian.
Sebelumnya Cina menyatakan aksi protes itu sebagai tindakan terorisme dan memperingatkan negara itu untuk tidak menggunakan kekuatan aksinya secara berlebihan. Hal itu disebabkan Presiden AS, Donald Trump mendesak Presiden Xi Jinping untuk bertemu dengan para pemrotes untuk meredakan ketegangan yang terjadi selama berminggu-minggu.
Ini adalah kali ketiga Robert memanjat gedung tersebut. Sebelumnya ia dilarang memanjat bangunan itu pada Agustus lalu, sementara larangan itu berakhir pada dua pekan lalu.
Mengenakan pakaian warna ungu cerah, merah muda dan hijau, Robert ditangkap setelah pendakian dan dibawa ke kantor polisi terdekat. Diketahui ia sering memanjat tanpa izin dan telah ditangkap beberapa kali karena masuk tanpa izin.
Li Ka Shing, yang keluarganya merupakan pemilik Cheung Kong Center, menerbitkan serangkaian iklan di surat kabar utama Hong Kong pada Jumat (16/8) untuk mendesak orang-orang menghentikan kekerasan.
Konfrontasi antara polisi dan pengunjuk rasa selama sepuluh minggu telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis terburuk sejak kembalinya dari pemerintahan Inggris ke Tiongkok pada1997. Hal ini juga merupakan tantangan terbesar bagi Presiden Tiongkok Xi Jingping sejak ia berkuasa pada 2012.
Protes mulai bertentangan dengan RUU yang sekarang ditangguhkan dimana akan memungkinkan ekstradisi tersangka untuk diadili di daratan Cina. Hal itu membuat gelombang protes dari sebagian besar penduduk Hong Kong.
Lebih dari 700 orang telah ditangkap sejak protes dimulai pada bulan Juni lalu. Gas air mata sering digunakan oleh polisi dalam upaya untuk membubarkan protes yang terjadi di seluruh kota.