Jakarta, Gatra.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan pihaknya belum menyarankan adanya hujan buatan untuk mengatasi permasalahan polusi udara di Jakarta.
"Tidak ya, hujan buatan itu prioritasnya untuk lumbung pangan, sentra pangan. Sehingga kalau hujan tidak turun di sana kan nanti panen bisa terganggu," ujarnya ketika ditemui Gatra.com di kantornya, Jakarta, Jumat (16/8).
Menurutnya polusi udara di Jakarta kondisinya fluktuatif menurut pemantauan yang dilakukan oleh BMKG dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Ada waktu tertentu ketika tingkat polusi udara berada pada puncaknya (peak).
"Jadi gantian aja yang di atas tergantung peak-nya tadi. Misalnya suatu saat pukul 16.00 itu terburuk, tapi 17.15 itu sudah membaik kembali menjadi posisi yang ada di bawah. Mungkin yang di-capture (diambil) oleh berita hanya saat itu saja, faktanya fluktuatif," katanya.
Dwikorita berpendapat peningkatan jumlah ruang terbuka hijau (hutan kota dan jalur hijau) serta pengaturan transportasi seperti kebijakan ganjil-genap dan penggunaan transportasi massal merupakan upaya yang lebih penting untuk mengatasi polusi udara Jakarta.
Selain itu ia menyebutkan jumlah awan yang ada dianggap belum mencukupi bagi produksi hujan buatan. Berdasarkan pemantauan citra satelit dari Himawari, di atas kepulauan Indonesia itu tidak terlihat adanya awan.
"Kita akan membuat hujan buatan itu menunggu bibit-bibit awan itu," ujarnya.