Jakarta, Gatra.com - Cendekiawan muslim Prof Amin Abdullah mengemukakan bahwa radikalisme yang belakangan menguat diikuti dengan sentimen politik identitas ialah akibat demokrasi yang kebablasan pasca-reformasi yang ditunggangi oleh gerakan Islam transnasional.
"Memang pasca-1998 itu, memang terjadi perubahan besar di Indonesia. Saya melihat setelah 10 tahun dari 1998 sampai 2008 kemudian ada perkawinan yang tidak suci antara keran demokrasi yang kebablasan dengan gerakan transnasionalisme. Itu yang jadikan kita seperti ini," kata Amin dalam konferensi pers Gerakan Suluh Kebangsaan di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Jumat (16/8).
Prof. Amin mencontohkan, gerakan Islam transnasional yang masuk ke Indonesia memiliki karakter seperti gerakan transnasional yang menunggangi muslim semi-Arab juga seperti Al Qaeda dan Boko Haram.
"Jadi, ada perkawinan yang tidak suci antara keran kebebasan yang kebablasan itu tadi kawin dengan Arab Spring, Al Qaeda, Boko Haram, itu semua menyatu di sini," kata mantan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Menurutnya, gerakan Islam transnasional perlu untuk diantisipasi agar Indonesia tidak porak-poranda. "Itulah makanya, kami, Suluh Kebangsaan ingin mengantsipiasi itu. Kalau tidak diantisipasi, Indonesia yang besar ini bisa porak-poranda," ujar Amin.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, Amin mengajak seluruh organisasi masyarakat untuk menangkal gerakan radikal tersebut. "Maka civil society beyond Muhammadiyah, NU, dan semuanya, harus mulai memikirkan itu karena kedua perkawinan itu bahaya sekali kalau kita tidak hati-hati," kata Amin.