Palembang, Gatra.com – Menjelang 17 Agustus di Palembang, telok ukan sering dijajakan di beberapa lokasi dadakan di Palembang. Penjualannya, biasanya bersamaan dengan permainan telok abang. Sayangnya, jumlah pedagang telok ukan makin sedikit yang bisa ditemui.
Menurut Sejarahwan Palembang, Vebri Al Lintani, teluk ukan biasanya muncul setiap ada pergelaran pernikahan khas Palembang dan menjelang Proklamasi 17 Agustus. Namun saat pergelaran pernikahan, teluk ukan sudah jarang ditemui di Palembang, “Beriring waktu, makanan teluk ukan memang sudah jarang ditemui, tapi menjelang 17 Agustus, masih ada beberapa lapak pedagang yang menjualnya,” ujarnya belum lama ini.
Tradisi teluk ukan ini berhubungan dengan pingitan gadis Palembang. Saat dipingit karena akan menikah, gadis tersebut harus belajar segala macam masakan, sebagai persiapan statusnya sebagai ibu rumah tangga, salah satunya teluk ukan tersebut. “Sehingga teluk ukan ini sebenarnya ujian pada pingitan gadis Palembang, apakah sudah siap menjadi ibu rumah tangga atau belum. Dari situlah, muncul kreatifitas makanan dan memasak di Palembang,” terang dia.
Teluk Ukan ini, juga dipengaruhi oleh geografis kota Palembang yang berada di Muara Sungai dan laut. Dahulunya, letak Palembang yang strategis ini menjadi akses bagi bangsa asing masuk dan menularkan budaya termasuk makananya. "Sejak kapan itu munculnya telur ukan ini, agak sulit diketahui, karena Palembang paling banyak jenis kulinernya dan Palembang berada di kawasan sungai dan dulunya banyak dihuni bangsa asing," katanya.
Sesuai dengan namanya, telur ukan bukanlah telur pada umumnya. Telur ini berasal dari telur bebek yang dilubangi terlebih dahulu guna mengambil isinya, lalu dicampur dengan campuran santan dan rempah lainnya. Campuran telur ini kemudian, dimasukkan kembali ke cangkang telur bebek tersebut dan dikukus. "Dengan rasanya yang khas, gurih dan asin, telur ini memiliki rasa berbeda, membuat makanan ini tidak terlalu disenangi, dan tidak sepopuler Srikaya,” katanya.
Saat ini, teluk ukan memang harus kembali dikenalkan kepada masyarakat. Pemerintah kota Palembang hendaknya lebih mengenalkan telur ukan ini, dengan mencontoh beberapa upaya pelestarian telur ukan di daerah lain, seperti Pasar Kagen di Yogyakarta yang melestarikan makanan dan masakan legendaris. “Tak hanya telur ukan saja, melainkan semua makanan khas Palembang harus tetap terjaga, karena itu karya leluhur kita. Kuliner Palembang merupakan kuliner kebangsaan kita," pungkasnya.
Reporter : Else