Jakarta, Gatra.com - Balai Besar Litbang Pascapanen Kementerian Pertanian (Kementan) telah memiliki solusi untuk mengatasi aktivitas metabolisme sehingga buah bisa lebih tahan lama dan bisa diekspor ke negara tujuan dalam kondisi masih bagus.
Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Dr. Prayudi Syamsuri, dalam keterangan tertulis, Kamis (15/8), menyampaikan, solusi tersebut yakni teknologi kemasan aktif nano zeolit KMnO4 yang dikombinasikan dengan penyimpanan pada suhu dingin akan mampu memperpanjang umur simpan buah-buahan.
Menurutnya, beberapa hasil penelitian Balai Besar Litbang Pascapanen, membuktikan bahwa dengan kemasan aktif tersebut buah pisang dapat disimpan selama lebih dari 25 hari pada suhu 25°C, nanas dapat disimpan selama lebih dari 20 hari pada suhu 25°C, begitu pula dengan manggis yang tahan disimpan selama lebih dari 30 hari di suhu 10-12°C.
Baca juga: Balitbangtan Dukung Eskpor Mangga dengan Teknologi WTP
"Dengan umur simpan yang panjang, eksportir maupun pedagang buah tidak perlu khawatir lagi produknya akan rusak ketika menempuh perjalanan yang lama," ujarnya.
Penggunaan etilen-adsorber berupa nano zeolit KMnO4 dalam sachet 3 g sangat mudah. Untuk setiap 1 kg buah cukup mengguna 1 sachet saja sehingga teknologi kemasan aktif ini menjadi salah satu teknologi yang direkomendasikan oleh Balai Besar Pascapanen untuk ?mengatasi pendeknya umur simpan produk hortikultura umumnya dan khususnya untuk produk buah-buahan.
"Dengan semakin panjangnya masa simpan buah, akan memberikan peluang bagi eksportir untuk mengekspor beragam buah lokal Indonesia dengan jangkauan negara tujuan lebih jauh lagi," katanya.
Sementara itu, untuk pedagang besar maupun pedagang eceran kecil akan dapat menekan kerugian yang biasa terjadi akibat buah yang tidak langsung terjual ketika di-display.
"Memperpanjang umur simpan buah berarti meningkatkan keuntungan para pelaku usaha tani buah lokal maupun ekpsortir," ujarnya.
Prayudi menjelaskan, teknologi kemasan aktif nano zeolit KMnO4 ini merupakan jawaban permasalahan soal pendeknya umur simpan buah-buahan pascapanen yang merugikan petani, pedagang, bahkan eksportir.
Menurutnya, umur simpan buah yang pendek menyebabkan petani, pedagang, dan eksportir buah menjadi rugi. Buah tidak dapat disimpan dan dijajakan (display) apalagi ditransportasikan dalam waktu yang lama.
Baca juga: Logistik Pangan Skala Besar Kebijakan Amran Mulai Terwujud
Ketika dipanen, ungkap Prayudi, buah masih melakukan aktivitas metabolisme. Metabolisme ini penting karena salah satu hasil dari proses tersebut adalah buah menjadi matang dan siap dikonsumsi. Namun, metabolisme yang terlalu cepat akan menyebabkan proses pematangan buah menjadi semakin cepat, sehingga umur simpan buah menjadi pendek.
"Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan upaya untuk mengendalikan prosesnya. Balai Besar Litbang Pascapanen telah memiliki solusi dalam mengatasi hal tersebut," katanya.