London, Gatra.com – Sebuah studi menemukan partikel mikroskopis dari plastik berjatuhan dari langit bersamaan dengan salju di Kutub Utara.
Para ilmuwan mengatakan mereka terkejut dengan banyaknya partikel yang berjatuhan. Diperkirakan lebih dari 10.000 partikel per liter turun di Kutub Utara.
Hal tersebut menunjukkan bahwa orang-orang kemungkinan menghirup mikroplastik dari udara meskipun implikasi kesehatannya masih belum jelas. Padahal wilayah ini sering dipandang sebagai salah satu lingkungan "murni" terakhir yang ada di dunia.
Dilansir BBC, tim peneliti Jerman-Swiss telah menerbitkan karya tersebut di jurnal Science Advances terkait fenomena aneh itu. Bahkan para ilmuwan juga menemukan partikel dan serat karet di salju.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan sampel salju dari pulau Svalbard dengan menggunakan metode berteknologi rendah, sendok dan termos. Di laboratorium di Institut Alfred Wegener, Bremerhaven, Jerman, ditemukan partikel yang jauh lebih bersifat kontaminan daripada yang mereka duga.
Banyak yang ukurannya begitu kecil sehingga sulit untuk memastikan asal muasal partikel tersebut.
Kebanyakan terdiri dari bahan-bahan alami seperti selulosa tumbuhan dan bulu binatang. Selain itu, ada juga partikel plastik, bersama dengan serpihan ban karet, pernis, cat dan mungkin serat sintetis.
"Kami memang berharap untuk menemukan beberapa kontaminasi, tetapi untuk menemukan banyak partikel plastik ini adalah kejutan nyata," ujar salah seorang ilmuwan, Dr Melanie Bergmann.
"Sudah jelas bahwa mayoritas mikroplastik di salju berasal dari udara," katanya.
Mikroplastik didefinisikan sebagai partikel-partikel di bawah ukuran 5 mm. Para ilmuwan juga menganalisis salju dari lokasi di Jerman dan Swiss. Sampel yang diambil dari beberapa daerah di Jerman menunjukkan konsentrasi yang lebih tinggi daripada di Kutub Utara.
"Kami tidak tahu apakah plastik akan berbahaya bagi kesehatan manusia atau tidak. Tetapi kami perlu lebih berhati-hati untuk memperlakukan lingkungan," ujarnya.
Para peneliti berpendapat bahwa plastik mikro tersebut diterbangkan oleh angin dan kemudian menjalani "mekanisme" yang tidak sepenuhnya diketahui, membawa partikel tersebut dalam jarak jauh melalui atmosfer. Partikel-partikel tersebut kemudian tersapu keluar dari atmosfer melalui presipitasi khususnya salju.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada April lalu oleh tim Inggris-Perancis menunjukkan bahwa plastik mikro jatuh dari langit ke Pyrenees Prancis, wilayah lain yang diperkirakan masih terjaga keasliannya.
Kelompok penelitian sebelumnya telah menemukan plastik di atmosfer di Dongguan, Teheran, dan Paris. Namun hingga saat ini dari mana polusi tersebut berasal, juga belum dijelaskan.
Kehadiran begitu banyak partikel pernis di Kutub Utara masih menjadi teka-teki. Para peneliti berasumsi bahwa beberapa kontaminasi mungkin berasal dari kapal yang bergesekan dengan es. Selain itu mereka juga berspekulasi bahwa beberapa mungkin telah keluar dari turbin angin.
"Kita harus bertanya apakah kita membutuhkan begitu banyak kemasan plastik? Apakah kita membutuhkan semua polimer dalam cat yang kita gunakan? Bisakah kita menghasilkan ban mobil yang dirancang berbeda? Ini adalah masalah penting," kata Bergmann.
Dr Eldbjørg Sofie Heimstad, dari Institut Penelitian Udara Norwegia, Kjeller, mengatakan bahwa beberapa polusi partikel bersifat lokal dan beberapa di antaranya berasal dari tempat yang jauh.
"Kita tahu bahwa sebagian besar dari apa yang kita analisis di sana dan pengukurannya adalah polusi jangka panjang yang datang dari Eropa, dari Asia, datang dari seluruh dunia," ujarnya.
"Beberapa bahan kimia ini memiliki sifat yang merupakan ancaman bagi ekosistem, bagi hewan hidup," sambungnya.