Jakarta, Gatra.com - Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (ARPHUIN) menolak keras rencana pemerintah membuka keran impor ayam pasca kalah dari Brazil dalam Badan Penyelesaian Sengketa Badan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
"Berdasarkan data BPS, potensi produksi karkas ayam pada 2018 adalah 3,38 juta ton. Sementara proyeksi kebutuhannya hanya di angka 3,05 juta ton. Artinya, impor daging ayam Brazil tidak diperlukan," tegas Kepala Bidang Hukum dan Humas ARPHUIN, Cecep M Wahyudin secara tertulis kepada Gatra.com, Rabu (14/8).
Cecep menegaskan pihaknya mampu menyuplai kebutuhan daging ayam yang aman, sehat, utuh, dan halal bagi seluruh masyarakat Indonesia. Seluruh rumah potong ayam (RPA) anggota ARPHUIN telah tersertifikasi halal dengan dilengkapi nomor kontrol veteriner dan memperhatikan aspek-aspek dari higienitas dan keamanan pangan.
Baca Juga: Dikalahkan Brazil di WTO, Indonesia Buka Keran Impor Ayam
Mereka yang terdaftar menjadi anggota ARPHUIN juga telah memperhatikan sistem rantai dingin, mulai dari fasilitas produksi hingga ke pelanggan atau konsumen. Anggotanya pun tersebar di seluruh Indonesia.
"Harus diingat bahwa pada 2018 terungkap skandal daging ayam Brazil yang mengandung Salmonella. Uni Eropa tengah meminta investasi mendalam terhadap produk ayam dari Brazil," ujarnya.
Cecep mengingatkan kepada semua pihak agar seluruh pemangku kepentingan perunggasan Indonesia harus bersinergi untuk bersama-sama menolak masuknya daging ayam Brazil. Dia mengharapkan komitmen untuk menjaga kelangsungan dari industri perunggasan domestik. Mengingat ini adalah industri pangan strategis.
Baca Juga: Pemerintah Buka Impor Ayam, Mentan: Kita Bisa Ekspor
Di saat yang sama, dia menyarankan para pelaku perlu meningkatkan efisiensi produksi dan rantai pasok. "Bila memang impor daging ayam sudah tak bisa ditolak, pemerintah penting menjadikan ARPHUIN sebagai elemen kontrol terhadap volume impor. Sebab kami mengetahui pasokan dan permintaan daging ayam di Indonesia dan jumlah stok di cold storage," tegasnya.
Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia harus membuka impor ayam sebagai konsekuensi kekalahan di WTO. "Kenapa kita kalah? Dari 2014 prosesnya karena peraturan yang dikeluarkan Permendag dan Permentan itu melanggar WTO. Itu yang kita sepakati. Untuk itu kita harus rubah peraturannya," tuturnya.
Enggar mennjelaskan ayam impor tidak serta merta masuk ke Indonesia, melainkan harus melalui regulasi perizinan yang berlaku di Indonesia. "Untuk [impor] itu masih panjang urusannya. Dia ada dapat dulu sertifikat halal. Halal enggak itu? Masih panjang," ungkapnya ketika ditemui di Mal Tangerang City, Tangerang, Banten, Rabu (14/8).
Baca Juga: Indonesia Buka Impor Daging Sapi 50 Ribu Ton Dari Brazil
Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengimbau para peternak dalam negeri agar jangan khawatir tidak dapat bersaimg dengan ayam impor. "Enggak usah khawatir. Kita bangun dengan optimisme," tegasnya ketila ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan, Rabu (14/8).
Amran meyakini industri perunggasan dalam negeri memiliki daya saing karena telah berhasil mengekspor produk ayam olahan maupun bibit ayam ke Jepang, Malaysia, Singapura, dan Timor Leste. Terlebih persyaratan masuk ke pasar Jepang disebut tak mudah.