Serpong, Gatra.com - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah menciptakan desain lanskap mitigasi pencemaran timbel di kawasan industri. Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3KLL), Herman Hermawan mengatakan bahwa desain lanskap tersebut diterapkan dengan menaman pohon jenis mahoni, flamboyan, serta pinus.
"Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh P3KLL, ketiga jenis tanaman tersebut memiliki kemampuan penyerapan timbel yang baik yaitu antara 30,77 hingga 770,8 ppm (mg/kg) dan efektif khususnya untuk lingkungan di sekitar kawasan industri," katanya saat ditemui dalam Festival Tropical Forestry and Environment Research di Pusat Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan, Serpong, Tangerang, Selasa (13/8).
Meski demikian, Herman mengatakan P3KLL masih melakukan monitoring terhadap efektivitas dari ketiga jenis tanaman tersebut dalam menyerap timbel. Lanjutnya, upaya penanganan ini, P3KLL bersinergi dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Pusat Sains dan Teknologi Nuklir (PSTNT) Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) serta Komite Penghapusan Bensin Bertimbel.
"Inisiasi awal dari desain lanskap mitigasi pencemaran timbel adalah hasil penelitian P3KLL yang menunjukkan bahwa sumber pencemaran timbel didominasi dari aktivitas peleburan aki bekas baik melalui udara, air, dan tanah. Pada Februari 2019, P3KLL mengambil contoh uji di Parung Panjang dan Cinangka yang menunjukkan hasil kadar timbel dalam tanah di kisaran 10.421 mg/kg dan 14.393 mg/kg," katanya.
Lanjutnya, bahwa tingginya angka tersebut disebabkan oleh kegiatan pengelolaan aki bekas untuk mendapatkan kembali logam timbelnya dengan membuka lahan tak jauh dari perumahan penduduk. Herman menuturkan kegiatan pengelolaan timbel sering dilakukan pada malam hingga dini hari serta tidak ada sarana pengendalian polusi yang dilepaskan dari sisa pembakaran aki bekas.