Purwokerto, Gatra.com – Desainer ternama Indonesia, Samuel Wattimena mengajak generasi muda, Purbalingga, Jawa Tengah, untuk memanfaatkan kekayaan budaya daerah untuk menciptakan sebuah karya.
Hal itu dia sampaikan saat berbicara dalam talkshow bertajuk ‘Belajar Bersama Maestro Samuel Wattimena, Kompetensi & Keahlian Tata Busana’, di aula SMK Negeri 1 Bojongsari, dalam rangkaian Peringatan Hari UMKM tingkat Kabupaten Purbalingga, Selasa (13/8).
Menurut Samuel, Inspirasi karya tak hanya dari dari model-model dan motif yang sudah ada dan ‘ngetrend’. Kekayaan Nusantara bisa menjadi sebuah karya yang fenomenal.
Terlebih, Purbalingga memiliki banyak potensi yang dapat digali dan dituangkan menjadi sebuah karya. Salah satunya batik Purbalingga, dengan corak khasnya, seperti batik tulis motif Goa Lawa.
“Saya pernah memenangkan desain terbaik se-pasifik bukan karena karya saya penuh kristal dan perhiasan, tapi hampir seluruhnya menggunakan kain dari Indonesia. Dari situ mereka kagum dengan keragaman wastra (kain tradisional) Indonesia,” ucapnya, Selasa (13/8).
Dia mengungkapkan, untuk dikenal secara global, sebuah desain harus punya karakter yang beda dari yang lain. Ia juga menyarankan untuk banyak mempelajari kebudayaan-kebudayaan di Indonesia yang sangat beragam.
“Kita harus mempunyai ciri khas yang beda dengan desainer lainnya. Jika adik-adik ingin punya ciri atau karakter coba cari referensi dulu dari kebudayaan sendiri yaitu kebudayaan Purbalingga. Misalkan sumber inspirasinya dari kelelawar ini,” ujar Samuel, yang juga staf ahli Menteri Koperasi dan UKM ini.
Sementara, Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi dalam mengatakan di era industri 4.0, UMKM tidak bisa terpisahkan dari generasi-generasi milenial. Itu termasuk industri kreatifnya, seperti seni batik tulis.
Salah satu persoalan dalam dunia batik adalah regenerasi. Kini, banyak pengrajin batik yang sudah berusia lanjut. Karenanya, generasi muda mesti bersiap untuk menggantikan posisi mereka, tentu dengan karya yang lebih inovatif.
“Kita masih butuh generasi muda yang bisa merancang batik dan menjadi penerus mereka. Oleh karenanya perlu ada muatan lokal membatik di SMK, karena biasanya generasi muda kreatif dan out of the box,” ucap Tiwi.
Menurut Tiwi, para siswa bisa menggali potensi kebudayaan dan potensi lain di Purbalingga untuk diciptakan menjadi inspirasi karya. Tidak melulu kelelawar, bisa juga wayang suket, stroberi, knalpot, dan sebagainya.
“Sebentar lagi hari batik, ke depan di Purbalingga akan digelar even batik. Salah satunya juga ada acara Young Entrepreneur Festival. Kita persilakan para generasi muda berkreasi di sana. Mari kita tunggu di akhir bulan Agustus ini,” katanya.