Jakarta, Gatra.com - Wastra atau kain Nusantara makin terpinggirkan oleh kain pabrikan impor. Sudah jadi kewajiban bagi masyarakat untuk melestarikannya.
Maka dalam rangka menyambut peringatan kemerdekaan Indonesia yang ke-74, PT Nojorono Tobacco International menggelar Diskusi Wastra di Tanamera Coffee, Kemang, Jakarta Selatan (13/8).
Pemerhati batik Indonesia, Notty J. Mahdi, sebagai narasumber di diskusi tersebut, mengatakan bahwa orang Indonesia semakin kehilangan minatnya terhadap kain-kain tradisional yang dibuat dengan keuletan tinggi secara tradisional pula.
Minat terhadap wastra semakin tergerus dengan produk-produk pabrikasi impor. "Di balik motif-motif kain Nusantara itu ada ceritanya. Menjadi penting dalam menjaga ingatan kita tentang bagaimana peradaban manusia itu terbentuk," ujarnya.
Namun, Notty melanjutkan, meski setiap pengguna kain-kain itu harus memahami makna kain yang digunakannya, jangan sampai menjadikannya jauh dari realitas keseharian.
Notty menjelaskan bahwa setiap kain-kain dari Nusantara memiliki tujuan penggunaannya masing-masing. Itu berbeda dari tiap daerah di Indonesia.
Memahami itu, kata Notty, adalah upaya apresiatif untuk melestarikan keberadaan kain-kain Nusantara kita. "Masyarakat harus bangga mengenakannya," ujar Notty.
Wastra atau kain tradisional menjadi fokus utama diskusi ini, terutama dari perspektif eksistensinya di masa sekarang. General Marketing dari PT Norojono, Debora Amelia Santoso mengatakan bahwa diskusi ini merupakan titik awal untuk memupuk kembali minat masyarakat terhadap kain Nusantara.
"Ini menjadi bagian penting dari kepedulian dan tanggung jawab kami dalam memberikan kontribusi nyata di bidang pelestarian budaya dan pendidikan bagi masyarakat," ujar Debora.