Jakarta, Gatra.com - Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mendukung pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Ketua DPD Oesman Sapta (OSO) menilai keberadaan PLTN merupakan upaya antisipasi menghadapi krisis listrik bagi pengusaha nasional serta pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di masa mendatang.
“Bila bicara nuklir selalu banyak rintangan, padahal risikonya sangat kecil. Ini bukan masalah kehendak tapi kemauan,” ucap OSO saat menerima Tim Kerja Penyiapan Pembangunan Prototipe PLTN Kemenristekdikti di Nusantara III Komplek Parlemen, Jakarta, Selasa (13/8).
Menurutnya, sejauh ini Indonesia hanya bisa mengeskpor material mentah ke negara-negara lain. Ini menyebabkan Indonesia tidak berdaya saing dibandingkan negara lain di bidang PLTN, misalnya India dan Cina.
Senator asal Kalimantan Barat itu mengatakan banyak daerah yang berpontensi dijadikan lokasi pembangunan PLTN. Salah satu yang paling siap adalah Benkayang, Kalimantan Barat (Kalbar).
OSO optimis keberadaan PLTN dapat meningkatkan marjin keuntungan yang diperoleh Indonesia di masa depan. Urgensi pembangunan PLTN tersebut akan ia sampaikan dalam Sidang Bersama Tahunan pada 16 Agustus mendatang. OSO akan memimpin sidang dengan agenda mendengarkan Pidato Kenegaraan Presiden tersebut.
“PLTN bisa menjadi pertimbangan bangsa ini kedepan. Maka pada Pidato Kenegaraan nanti saya akan menyampaikan hal ini,” jelasnya.
Pada kesempatan itu, Sekretaris Jenderal DPD, Reydonnyzar Moenek, menambahka Kesekjenan DPD RI siap dalam memberikan dukungan baik itu bersifat administratif dan teknis operasional.
“Namun sesuai amanah Ketua DPD RI, bahwa kita siap memberikan perhatian yang signifikan kelangsungan dari program pembangunan PLTN ini,” tuturnya.
Menurut Reydonnyzar, konsumsi listrik bagi masyarakat sangat diperlukan, namun punya keterbatasan. "Kita mengapresiasi adanya PLTN ini khususnya di Benkayang. Tentunya semakin cepat akan semakin baik untuk diimplementasikan pembangunan PLTN,” harapnya.
Kalbar Paling Siap
Staf Ahli Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) Bidang Relevansi dan Produktivitas, Agus Puji Prasetyono, memaparkan alasan mengapa Kalbar merupakan daerah yang potensial untuk membangun PLTN. Pertama, daerah ini kaya uranium. Kedua, jarang terjadi gempa bumi.
“Persyaratan utama pembangunan PLTN adalah safety. PLTN sistem nuklir jauh lebih aman dari pembangkit lainnya, jadi dapat dikatakan nuklir aman,” tegasnya.
Faktor pendukung ketiga, Kalbar cukup dekat dengan laut. Keempat, lokasi pembangunan PLTN jauh dari kawasan pemukiman penduduk. “Tentu pengembangan PLTN tenaga nuklir sangat mungkin dilakukan,” paparnya.
Anggota Dewan Energi Nasional (DEN), Syamsir Abduh, menambahkan tidak ada negara lain yang tumbuh besar tanpa menggunakan secara bijak PLTN mereka. Pasalnya, kehadiran PLTN mendorong proses industrialisasi yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakatnya.
“Kita harus belajar dari negara maju seperti Tiongkok,” tuturnya.
Ia mengatakan komitmen pemerintah Indonesia dengan Tiongkok sama dalam membangun nuklir sudah ada sejak 1965. Sayangnya, Indonesia hanya menghabiskan waktu untuk diskusi, tapi tidak ada keberanian untuk membangun PLTN.
“Padahal sudah nyata PLTN memberikan dampak yang luas pada industrialisasi di suatu negara,” ucap Syamsir.