Pemalang, Gatra.com – Gunung Slamet pada Selasa (13/8) masih berstatus waspada atau level II. Tak tampak tanda-tanda kenaikan aktivitas secara signifikan yang membuatnya berstatus siaga, atau sebaliknya menurun ke level status normal.
Terpantau pada pukul 00-06.00 WIB, terjadi gempa embusan sebanyak 149 kali. Adapun gempa tremor atau menerus (mikrotremor) terjadi dengan amplitudo 0,5-3 milimeter, dominan di dua milimeter.
Kemudian, terjadi peningkatan gempa embusan menjadi 227 kali dalam pengamatan pada pukul 06.00-12.00 WIB. Adapun tremor menerus (Microtremor) terekam dengan amplitudo 0.5-3 milimeter, dominan dua milimeter.
“Tingkat Aktivitas G. Slamet level II atau waspada. Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan tidak berada dan beraktivitas dalam radius dua kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet,” kata Sukedi, pengamat Pos Pengamatan Gunung Api Slamet Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Gambuhan, Pemalang, Selasa (13/8) siang.
Sementara itu, Nurkholis, pengamat di Pos Pengamatan Gunungapi Gambuhan menegaskan meski belakangan terjadi peningkatan kekuatan gempa tremor dari yang semula dominan kisaran 1,5 milimeter menjadi 2 milimeter, tetapi parameter lainnya tetap stabil.
Bahkan, kata dia, gempa embusan turun dibanding hari-hari awal meningkatnya status Gunung Slamet menjadi waspada. Sebelumnya, gempa embusan terjadi hingga 300 kali lebih per enam jam.
Dia menjelaskan, letusan gunung slamet bertipe strombolian atau magma cair. Material terlempar dengan perkiraan maksimal sejauh dua kilometer. Karenanya, sepanjang periode pengamatan tiga kali letusan terakhir yakni, 1988, 2009 dan 2014, Gunung Slamet tak sampai menyebabkan kerugian atau korban jiwa.
“Tahun 2014 juga tidak kerugian. Paling letusan abu kan terbang mengikuti mata arah angin. Paling material itu di sekitar itu saja, kawah,” kata Nurkholis.
Sebab, katanya, material hanya terlempar ke wilayah puncak yang bukan merupakan kawasan vegetasi hutan. Material letusan hanya jatuh di kawasan pasir dan bebatuan. “Lemparan material itu sampai dua kilometer. Tidak sampai hutan. Hanya di sekitar situ saja, bebatuan,” ujarnya.
Nurkholis mengemukakan, saat ini PVMBG masih mengamati intensif perkembangan aktivitas Gunung Slamet. Aktivitas gunung itu relatif stabil. Secara visual asap putih tipis masih mendominasi asap yang keluar dari kawah.
Status waspada menjadi siaga baru akan diberlakukan jika terjadi peningkatan aktivitas drastis aktivitas Gunung Slamet, baik secara visual maupun instrumental. Biasanya, status meningkat jika terjadi letusan, meski pun masih bersifat letusan freatik atau gas. "Sekarang belum tampak (peningkatan aktivitas). Asap masih putih tipis. Belum ada tanda-tanda letusan,” katanya.