Jakarta, Gatra.com - Menteri Kesehatan (Menkes), Nila Moeloek mengatakan, bahwa arsip kesehatan itu penting sebagai rekam jejak perkembangan penyakit di Indonesia. Hal tersebut dia ungkapkan saat acara Sarasehan Kearsipan dalam menyambut Peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-74 di Kantor Kemenkes, Jakarta, Selasa (13/8).
"Kearsipan adalah bukti otentik. Kita bisa melihat, mempelajari, serta menganalisa pembangunan kesehatan di negara kita. Misalnya, sepanjang sejarah, Kemenkes dan lintas kementerian mampu mendorong penyakit malaria berangsur hilang dari negara ini, kecuali di 5 provinsi Indonesia bagian timur," terangnya.
Baca Juga: Husein Target Banyumas Bebas TBC pada 2023
Pengarsipan ini tidak hanya menjadi apresiasi bagi Kemenkes karena telah mengeliminasi penyakit maupun mengembangkan sejumlah obat-obatan terbaru. Tetapi juga merupakan dorongan untuk menghadapi tantangan penyakit yang masih belum dapat dimusnahkan sampai saat ini.
Ada juga sejarah penyakit yang sampai saat ini belum menghilang seperti Tuberkulosis (TBC). Penyakit tidak menular (PTM) masih menjadi tanggung jawab luar biasa untuk Kemenkes. Apalagi dengan adanya TBC yang resisten terhadap obat-obatan, itu dinilai sangat menakutkan. Perjalanan perubahan kesehatan ini tentu saja dipengaruhi oleh banyak faktor seperti bertambahnya populasi, perekonomian, kemiskinan, dan sebagainya yang akan selalu tercatat di kearsipan.
Kearsipan ini menjadi salah satu hal yang perlu dipelajari untuk melihat perkembangan penyakit mulai dari zaman penjajahan dulu sampai sekarang. Sebab, kearsipan adalah suatu informasi terekam yang perlu kita pelajari untuk generasi ke depan sebagai sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Baca Juga: Pencegahan Narkoba Dimulai Dari Posyandu
Selain perkembangan penyakit, arsip pun mencatat mengenai awal mula berdirinya Puskesmas dan Posyandu. Bahkan, Posyandu dirasa dapat bertransformasi sebagai tempat pemberdayaan masyarakat sekaligus pusat layanan kesehatan berbasis keluarga.
"Kami mulai berpikir, bahwa Posyandu menjadi titik pusat di desa-desa sebagai Posyandu keluarga. Jadi tidak hanya anak-anak saja yang mengakses Posyandu, bahkan sampai lansia pun, mereka tetap bisa diberikan layanan kesehatan melalui Posyandu," imbuhnya.