Guatema City, Gatra.com - Pemenang pemilihan presiden Guatemala, Alejandro Giammattei, berharap dapat membuat perubahan pada kesepakatan migrasi kontroversial yang ditandatangani Amerika Tengah dengan pemerintahan Presiden Donald Trump bulan lalu.
Dalam wawancara ekslusifnya dengan Reuters, Giammattei mengatakan, ingin melihat apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesepakatan Presiden Jimmy Morales untuk membendung migrasi Amerika Serikat (AS) dari Amerika Tengah.
Diketahui, Giammattei belum akan menjabat hingga bulan Januari. Saat menjabat nanti, dia mungkin berada di bawah tekanan dari kesepakatan yang secara efektif mengubah negara itu menjadi zona penyangga, yakni memaksa migran untuk mencari perlindungan di sana daripada di AS.
Baca juga: Kurangi Imigran Ilegal, Trump Alihkan Pencari Suaka ke Guatemala
"Saya berharap bahwa selama masa transisi ini bisa mendapatkan lebih banyak informasi. Sehingga kita dapat melihat dari sudut pandang diplomatik, yang dapat kita lakukan untuk menghapus dari kesepakatan ini hal-hal yang tidak tepat untuk kita, atau bagaimana kita bisa datang untuk perjanjian dengan Amerika Serikat," kata Giammattei.
Terancam dengan sanksi ekonomi jika menolak kesepakatan, membuat Morales akhirnya memutuskan untuk menjadikan Guatemala sebagai negara ketiga yang aman bagi para migran, meskipun kemiskinan dan kekerasan endemik melanda negara Amerika Tengah itu.
"Itu tidak tepat untuk negara. Jika kita tidak memiliki kapasitas untuk menjaga orang-orang kita sendiri, bayangkan seperti apa rasanya bagi orang asing. Perjanjian ini juga sangat tidak populer di Guatemala," kata Giammattei.
Sebuah jajak pendapat yang diterbitkan pekan ini oleh surat kabar Guatemala, Prensa Libre, menunjukkan 8 dari 10 responden menolak gagasan negara itu menerima migran asing yang mencari suaka.
Giammattei mencatat bahwa karena hakim AS sudah menangguhkan perjanjian negara ketiga yang aman, ada kemungkinan kesepakatan dengan Guatemala bisa berubah.
"Kita harus melihat apa yang terjadi di Amerika Serikat dengan keputusan hakim federal. Hasil yang paling mungkin adalah bahwa Amerika Serikat harus mengubah kesepakatan," katanya.
Pada bulan Juli, seorang hakim Federal AS di California memblokir aturan administrasi Trump yang akan melarang aplikasi suaka di perbatasan AS-Meksiko.
Sebelum perjanjian yang ditandatangani oleh Presiden Morales, Mahkamah Konstitusi Guatemala mengatakan bahwa Kongres yang sedang dalam masa reses, perlu dikonsultasikan mengenai kesepakatan negara ketiga yang aman.
Tetapi ketika Trump mengancam akan mengenakan tarif pada ekspor Guatemala, dan memungut biaya miliaran dolar dalam pemulangan kembali warga Guatemala yang tinggal di AS jika ia gagal menandatangani kesepakatan migrasi, membuat Morales mengalah dan menandatangani kesepakatan tersebut.
Baca juga: Pilpres Guatemala, 19 Kandidat Tidak Lolos Putaran Pertama
Tiga juta orang Guatemala tinggal dan bekerja di AS yang juga merupakan mitra dagang utama negara tersebut. Giammattei juga mengatakan, ragu bahwa para migran akan bersedia untuk mematuhi kesepakatan.
"Mereka mencari suaka di Amerika Serikat. Saya tidak berpikir ada banyak orang dari El Salvador dan Honduras yang ingin mencari suaka di Guatemala, terutama jika mereka melarikan diri dari kemiskinan," katanya dikutip dari Reuter, Selasa (13/8).
Untuk mengatasi masalah migrasi, Giammattei telah berjanji untuk membangun tembok pembatas di sepanjang wilayah perbatasan Guatemala yang miskin dengan Meksiko. Hal tersebut dilakukan sebagai sarana untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan mendorong orang untuk tinggal di rumah mereka.