Semarang, Gatra.com - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Jawa Tengah sedang gencar mengurangi sebaran lahan kritis. Salah satu upayanya adalah dengan menggalakkan reboisasi dengan menanam 15 jenis pohon ke sejumlah titik lokasi.
Ke-15 pohon yang dimaksud antara lain, pohon beringin, sengon, kepoh, bambu, aren, bendo, bulu, elo, gayam, jambu air, jambu alas, pucuh, teh, randu dan tembresi.
"Ada 15 jenis tanaman pohon yang bagus untuk mengembalikan sumber mata air. Saat ini kita sedang berupaya menyosialisasikannya kepada warga setempat," kata Kabid Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi SDA, DLHK Jateng, Sugiyarto, di Semarang, Senin (12/8).
Menurutnya upaya reboisasi saat ini telah diubah dengan memadukan konsep konservasi lahan dengan memperkuat nilai ekonomi bagi masyarakat. "Konsepnya menggunakan sistem agro foresty, yakni lahan pertanian yang dipadukan dengan tempat kehutanan. Sehingga kita enggak asal menyebar benih tanaman, tapi juga dipadukan dengan varietas yang punya nilai ekonomi yang unggul," ujarnya.
Ia mencontohkan tanaman buah alpukat dan kopi dipadukan dengan tanaman kayu, seperti sengon, jati, dan sejenisnya. "Ini kami rasa efektif untuk menekan lahan kritis yang ada saat ini," ucapnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) pada 2019, lahan kritis di Jawa Tengah seluas 374 ribu hektare. Sebaran lahan kritisnya berada di Brebes (seluas 7.606 hektare), Pekalongan (7.297 hektare), Pati (6.000), Pemalang (9.970), Wonogiri (19.000), dan Banjarnegara (8.000).
Ia menyatakan, dibandingkan dengan kondisi 2013 silam, sebaran lahan kritisnya saat ini mengalami penurunan. "Ketimbang 2013 masih 641.000 hektare, sekarang kondisinya jauh berkurang kok. Karena selama ini kita selalu upayakan setiap tahunnya dapat mengurangi lima persen lahan kritis atau upaya kita, kita lima persen atau 150.000 hektare. Dan target kita per tahun 31.000 hektare," tuturnya.